Mengapa Bungkus Plastik Berisik? Ini Jawabannya

Senin, 03 April 2023 - P Suryo R

BAYANGKAN ingin makan makanan ringan di tengah malam. Kamu pergi ke dapur mengendap-ngendap untuk membuka sebungkus keripik kentang. Kamu sudah berusaha untuk membukanya perlahan-lahan, tetapi masih saja terdengar sangat berisik hingga membangunkan kucingmu yang sedang tidur.

Lantas kamu berpikir, "Bagaimana bisa tetap berisik padahal aku sudah berhati-hati?"

Baca Juga:

5 Hal yang Harus Kamu Tahu Mengapa Plastik Bisa Menghancurkan Laut!


Menurut laman scienceabc, suara berisik dari lembaran plastik yang kusut dinamakan 'klik'. Klik terjadi ketika lembaran plastik menjadi kusut tertekuk dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Seperti bungkus permen dalam keadaan stabilnya hingga kamu merusaknya.

Sebagian besar kemasan plastik, dari bungkus permen hingga plastik belanjaan terbuat dari polimer. Seperti polietilen, mylar, atau plastik. Lembaran tipis dari polimer ini bagus untuk kemasan produk, tetapi pada saat yang sama sangat berisik.

Selain itu, benda ini tipis, tetapi kuat. Kamu tidak dapat meregangkannya seperti karet, kamu juga tidak dapat mematahkannya dengan menekuknya.

Tiap tiap keadaan plastik polimer ini memiliki energi potensial. Saat kita memelintir atau menekuk lembaran plastik, apa yang kita lakukan disimpan sebagai energi potensial. Namun, ada batasan jumlah energi yang dapat disimpan oleh satu bentuk.

Baca Juga:

Limbah Plastik Berpotensi Menjadi Salah Satu Sumber Bahan Bakar

plastik
Lembaran tipis dari polimer ini bagus untuk kemasan produk. (Unsplash/Amanda Lim)

Ketika energi melebihi batasan, lembaran itu langsung masuk ke bentuk lain dan melepaskan sejumlah energi prosesnya, yang kita dengar sebagai 'klik'.

Fisikawan Eric Kramer mengatakan, “Kamu dapat membuka bungkus itu selambat mungkin, tetapi setiap gerakan akan selalu disertai dengan satu klik dan tidak ada yang dapat kamu lakukan tentang itu."

Sebenarnya, plastik bungkusan tidak terus menerus berderak, tetapi tergantung dengan intensitasnya yang berbeda-beda.

Intensitas suara ini tergantung pada bentuknya. Saat lipatan yang lebih besar pecah, mereka menghasilkan suara yang lebih keras, sedangkan lipatan yang lebih kecil menghasilkan suara yang lebih redup.

Sekedar info saja, plastik konvensional terbuat dari bahan bakar fosil yang merupakan produk dari industri minyak dan gas. Plastik terbuat dari minyak bumi sampingan, tepatnya dari etana dan propana cairan gas alam atau Natural Gas Liquids (NGLs) yang diekstraksi.

Etana akan dibuat menjadi etilena yang merupakan fondasi dari polietilena, plastik paling umum digunakan di dunia untuk pembuatan botol, kemasan barang, dan pakaian sintetis. Kemudian propana diolah oleh perusahaan dehidrogenasi menjadi propilena. Olahan ini merupakan fondasi polipropilen yang biasa dijadikan sebagai bahan kemasan makanan dan manufaktur perusahaan.

Jutaan tahun untuk memproduksi bahan bakar fosil tersebut. Produk turunannya hanya dipakai dalam beberapa waktu. Namun butuh waktu lama Membutuhkan waktu jutaan tahun untuk terbentuk, nampaknya bahan bakar fosil yang masih harus ditambang dan diproduksi lagi tidak setimpal jika hanya dijadikan sebagai plastik sekali pakai yang kadang hanya digunakan selama beberapa menit. (Kmp)

Baca Juga:

Ekonomi Sirkular sebagai Solusi Banjir Sampah Plastik di Indonesia

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan