Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Perubahan iklim mengancam kehidupan serangga.(foto: pexels-fotios-photos)
MERAHPUTIH.COM — PERUBAHAN dalam fenomena El Nino membawa dampak pada keanekaragaman hayati. Sebuah studi internasional yang melibatkan sejumlah peneliti Australia mengaitkan fenomena ini dengan kehilangan signifikan pada artropoda hutan tropis, termasuk kupu-kupu, kumbang, dan laba-laba.
Artropoda, yang merupakan mayoritas spesies hewan, memainkan peran penting dalam ekosistem seperti penguraian bahan organik, pemakan daun hidup, dan penyerbukan. Dalam pernyataan yang dirilis Universitas Griffith, Australia, dikutip ANTARA, Kamis (7/8), artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dengan menganalisis data dari 80 lebih studi hutan tropis yang belum tersentuh manusia, peneliti dari Universitas Griffith dan Universitas Hong Kong di China menemukan kehilangan keanekaragaman hayati artropoda dalam jumlah signifikan. Kehilangan ini disertai penurunan konsumsi daun hidup dan ketidakstabilan dalam penguraian daun mati.??
Studi tersebut menyatakan perubahan jangka panjang pada siklus Osilasi Selatan El Nino (El Nino Southern Oscillation/ENSO) mengganggu keseimbangan alami antara fase El Nino dan La Nina dalam siklus tersebut. ENSO membuat peristiwa El Nino panas dan kering yang lebih sering dan intens akibat perubahan iklim. Akibatnya, terjadi penurunan populasi artropoda dan peran ekologisnya.??
Baca juga:
Apa Itu El Nino dan La Nina? Dari Pengertian, Fenomena Iklim dan Pengaruhnya di Indonesia
Menurut studi yang diterbitkan dalam jurnal Nature itu, spesies yang tumbuh subur dalam kondisi La Nina, yang sering kali lebih dingin dan basah, menjadi yang paling terdampak. Studi ini tidak menyertakan ancaman manusia seperti kehilangan habitat, pestisida, dan polusi di hutan-hutan yang belum tersentuh tersebut, dan mengidentifikasi perubahan ENSO yang dipicu iklim sebagai penyebab utama hilangnya artropoda.??
"Pesan penting untuk Australia yakni perlunya memantau keanekaragaman hayati di hutan hujan kita," kata salah seorang penulis studi itu, Roger Kitching dari Universitas Griffith.??Penelitian ini terus dilakukan di situs-situs hutan di Hong Kong di China Daratan, Australia, dan Malaysia untuk mengeksplorasi lebih jauh tren yang mengkhawatirkan ini.(*)
Baca juga:
Bencana Kekeringan dan El Nino Mengancam Pulau Jawa Pada Tahun Ini
?
Bagikan
Berita Terkait
Di Belém Leader Summit, Indonesia Janji Bauran Energi Capai 23 Persen di Tahun 2030
Seperlima Pantai Italia Terancam Tenggelam Akibat Pemanasan Global, Terbagi 4 Zona
Nyamuk Pertama Ditemukan di Islandia: Tanda Pemanasan Global Kian Nyata
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Forum Indonesia Climate Change Forum (ICCF) 2025 Bahas RUU Pengelolaan Perubahan Iklim
Pertama Kali dalam Sejarah Nyamuk Bisa Bertahan Hidup di Islandia, Ada 3 Ekor
MPR Dorong RUU Pengelolaan Perubahan Iklim, Minta Aktivis Lingkungan Kolaborasi di ICCF 2025
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Jokowi Ditunjuk Jadi Dewan Penasihat Bloomberg New Economy, ini Tugas Utamanya