Ilmuwan Badan Antariksa Eropa Klaim Bisa Ubah Debu Bulan Jadi Oksigen

Selasa, 21 Januari 2020 - Raden Yusuf Nayamenggala

PERNAHKAH kamu berpikir jika debu bisa menjadi oksigen? Baru-baru ini seorang Ilmuwan dari Badan Antariksa Eropa (ESA) menjawab hal itu.

Seperti yang dilansir dari laman engadget, Ilmuwan dari ESA tersebut mengklaim telah menemukan cara mengubah debu Bulan menjadi sebuah oksigen. Temuan itu memungkinkan para astronaut untuk hidup lebih lama di Bulan.

Baca Juga:

Mengintip Konsep Kendaraan Luar Angkasa dari Lexus

Ilmuwan dari ESA tengah mengembangkan penemuan yang bisa mengubah debu bulan jadi oksigen (foto: ESA/a.conigili)

Bulan sendiri telah menjadi bidikan sejumlah badan antariksa, sebelum pergi jauh ke Mars. Antara lain yakni NASA, ISRO, ESA, hingga Roscosmos. Karena bulan tak hanya sebagai satelit alami Bumi saja, namun memiliki kandungan mineral yang sangat berharga.

Dengan adanya berbagai rangkaian penelitian yang membutuhkan waktu lama, manusia tentu memerlukan oksigen sebagai syarat utama, untuk bertahan hidup di ruang hampa.

Terkait cara mengubah debu Bulan menjadi sebuah oksigen, ESA sudah membuat pabrik prototipe, di mana bisa menghasilkan oksigen dari debu bulan. Selain itu, pabrik tersebut pun sangat memungkinkan untuk menciptakan bahan bakar.

Baca Juga:

NASA Rencanakan Misi Pencarian Bumi Kedua dengan Alat Ini

Ilmuwan ESA sudah membuat pabrik prototipe tentang penemuan baru tersebut (foto: pixabay/charlvera)

Lokasi pabrik oksigen tersebut diketahui berada di dalam lab Pusat penelitian dan Teknologi Ruang Angkasa Eropa di negara Belanda.

Sementara itu, untuk menghasilkan oksigen yang diinginkan, ilmuwan menggunakan teknik mencampur simulasi regolith Bulan, dengan garam kalsium klorida cair. Namun ilmuwan tersebut belum mencobanya dengan regolith yang asli.

Lalu para ilmuwan ESA tersebut memanaskan campuran hingga 950 derajat Celcius, dan menjalankan arus melalui itu, guna melepaskan oksigen. Proses tersebut dinamakan elektrolisis garam cair.

Proses elektrolisis garam cair itu sebetulnya untuk memproduksi logam, tapi ESA mengubahnya untuk menghasilkan oksigen.

Rencana kedepannya, ESA akan terus mengembangkan penemuan tersebut, dan mencari tim yang menrancang 'pilot plat', yang bisa dioperasikan di Bulan pada pertengahan tahun 2020-an nanti. (Ryn)

Baca Juga:

NASA Perkenalkan Calon Astronot yang Akan Berangkat ke Mars

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan