Teknologi

Ilmuwan Badan Antariksa Eropa Klaim Bisa Ubah Debu Bulan Jadi Oksigen

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Selasa, 21 Januari 2020
Ilmuwan Badan Antariksa Eropa Klaim Bisa Ubah Debu Bulan Jadi Oksigen

Seorang Ilmuwan dari Badan Antariksa Eropa klaim bisa ubah debu bulan jadi oksigen (Foto: pixabay/tumisu)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

PERNAHKAH kamu berpikir jika debu bisa menjadi oksigen? Baru-baru ini seorang Ilmuwan dari Badan Antariksa Eropa (ESA) menjawab hal itu.

Seperti yang dilansir dari laman engadget, Ilmuwan dari ESA tersebut mengklaim telah menemukan cara mengubah debu Bulan menjadi sebuah oksigen. Temuan itu memungkinkan para astronaut untuk hidup lebih lama di Bulan.

Baca Juga:

Mengintip Konsep Kendaraan Luar Angkasa dari Lexus

Ilmuwan dari ESA tengah mengembangkan penemuan yang bisa mengubah debu bulan jadi oksigen (foto: ESA/a.conigili)

Bulan sendiri telah menjadi bidikan sejumlah badan antariksa, sebelum pergi jauh ke Mars. Antara lain yakni NASA, ISRO, ESA, hingga Roscosmos. Karena bulan tak hanya sebagai satelit alami Bumi saja, namun memiliki kandungan mineral yang sangat berharga.

Dengan adanya berbagai rangkaian penelitian yang membutuhkan waktu lama, manusia tentu memerlukan oksigen sebagai syarat utama, untuk bertahan hidup di ruang hampa.

Terkait cara mengubah debu Bulan menjadi sebuah oksigen, ESA sudah membuat pabrik prototipe, di mana bisa menghasilkan oksigen dari debu bulan. Selain itu, pabrik tersebut pun sangat memungkinkan untuk menciptakan bahan bakar.

Baca Juga:

NASA Rencanakan Misi Pencarian Bumi Kedua dengan Alat Ini

Ilmuwan ESA sudah membuat pabrik prototipe tentang penemuan baru tersebut (foto: pixabay/charlvera)

Lokasi pabrik oksigen tersebut diketahui berada di dalam lab Pusat penelitian dan Teknologi Ruang Angkasa Eropa di negara Belanda.

Sementara itu, untuk menghasilkan oksigen yang diinginkan, ilmuwan menggunakan teknik mencampur simulasi regolith Bulan, dengan garam kalsium klorida cair. Namun ilmuwan tersebut belum mencobanya dengan regolith yang asli.

Lalu para ilmuwan ESA tersebut memanaskan campuran hingga 950 derajat Celcius, dan menjalankan arus melalui itu, guna melepaskan oksigen. Proses tersebut dinamakan elektrolisis garam cair.

Proses elektrolisis garam cair itu sebetulnya untuk memproduksi logam, tapi ESA mengubahnya untuk menghasilkan oksigen.

Rencana kedepannya, ESA akan terus mengembangkan penemuan tersebut, dan mencari tim yang menrancang 'pilot plat', yang bisa dioperasikan di Bulan pada pertengahan tahun 2020-an nanti. (Ryn)

Baca Juga:

NASA Perkenalkan Calon Astronot yang Akan Berangkat ke Mars

#Antariksa #Luar Angkasa #Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Dunia
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Stuart Semple klaim ciptakan warna cat baru hasil eksperimen ilmiah.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 26 April 2025
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Fun
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Ilmuwan temukan warna ‘olo’ — biru-hijau super pekat yang hanya terlihat dengan teknologi laser Oz.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 21 April 2025
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Bagikan