Komnas HAM Pastikan Tidak Ada Unsur Genosida Dalam Kerusuhan Wamena


Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara (MP/Ismail)
MerahPutih.Com - Tim Papua dari Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara menyatakan bahwa kerusuhan Wamena tidak ada hubungannya dengan persoalan suku, ras, agama dan antar golongan (SARA).
Bahkan ia juga menyatakan bahwa tidak ada unsur genosida di dalam kasus yang terjadi di wilayah Papua itu.
Baca Juga:
Jangan Larut dalam Ketakutan, Kapolda Papua Undang Warga Balik ke Wamena
“Soal unsur Genosida itu nggak ada sama sekali,” kata Beka dalam konferensi persnya di kantor Komnas HAM, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (18/10).

Dalam penelusuran dan data yang diperolehnya, setidaknya ada 31 orang yang dinyatakan meninggal dunia.
“Jumlah korban yang memang terluka dan sampai meninggal ada 31 orang,” ujarnya.
Meskipun demikian, ia menyatakan bahwa Komnas HAM tidak akan berhenti. Pihaknya akan terus bekerja dengan cara melakukan pemantauan dan investigasi sampai kasus tersebut terbuka jelas.
“Komnas sepakat melanjutkan kembali kasus Wamena itu. Kami akan tetap terus pantau dan investigasi sampai peristiwa di Wamena terang benderang,” tegasnya.
Dalam investigasinya, Beka menyampaikan bahwa dalam peristiwa kerusuhan itu ada pengerahan massa dengan jumlah besar dari kawasan bukti.
Untuk memastikannya bagaimana pola mereka berkomunikasi dan dimobilisasi sampai bisa melakukan serangan tersebut, Beka mengatakan bahwa Komnas HAM secara kelembagaan sudah meminta bantuan aparat keamanan baik dari unsur TNI maupun Polri untuk melakukan investigasi.
“Kami minta polisi cari tahu bagaimana mobilisasi orang-orang itu saat peristiwa itu terjadi dan mereka datang koordinasinya daru mana,” terangnya.
“Sehingga kita bisa lebih tahu bagaimana detail peristiwa itu terjadi dan agar tidak ada gelombang lagi,” imbuh Beka.
Baca Juga:
Dalam perkembangannya ke depan, Beka berharap agar Presiden Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin sebagai Wapres beserta para jajaran kementerian di Kabinetnya yang baru nanti, agar memberikan perhatian khusus terhadap Papua.
Setidaknya 3 bulan pertama dalam kepemimpinan Presiden Jokowi itu harus ada program prioritas yang terarah dan terukur untuk persoalan Papua itu.
“Ini momentum tepat dan hari minggu presiden dilantik dan Papua bisa jadi priorotas pertama dalam program presiden dan wapres nanti. Apalagi Indonesia sekarang menjadi anggota dewan HAM PBB,” tutupnya.(Knu)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Komnas HAM Minta Polda Buka Ruang Peninjauan Kembali Kasus Kematian Diplomat Arya

Temuan Komnas HAM di Balik Persekusi Retreat Kristen di Cidahu Sukabumi, Pengusiran hingga Perusakan

Pembubaran Retreat Keagamaan di Sukabumi Dinilai sebagai Bentuk Pelanggaran HAM dan Intoleransi

Bantah Fadli Zon, Komnas HAM Ungkap Bukti Kekerasan Seksual saat Peristiwa Mei 98

Komnas HAM Bakal ke Raja Ampat, Selidiki Dugaan Intimidasi hingga Pelanggaran Tambang Nikel

Proyek Tambang Nikel di Raja Ampat Berpotensi Langgar HAM, Bisa Picu Konflik Horizontal

Warga Berbagai Negara Afrika Bersatu Konvoi Naik Bus untuk Jebol Blokade Gaza, Terinspirasi Aktivis Kapal Madleen

Israel Deportasi 4 Aktivis Kapal Madleen, Greta Thunberg: Kami Diperlakukan Tidak Manusiawi Tapi Belum Ada Apa-Apanya Dibanding Penderitaan Warga Gaza

Greta Thunberg, Liam Cunningham, dan Belasan Aktivis Bertekad Jebol Blokade Israel Lewat Kapal Madleen, Bawa Bantuan Kemanusiaan untuk Warga Gaza

TNI AD Anggap 'Sentilan' Komnas HAM soal Insiden Ledakan Garut sebagai Masukan
