Belajar Benda Langit Tanpa Bikin Dahi Bekernyit di Pekan Astronomi Jakarta 2023


Melalui observasi Matahari, para peserta bisa melihat Matahari lebih jelas. (Foto: Merahputih.com/Zulthan Vigilio)
BENDA langit terletak jauh di atas manusia. Mempelajarinya sering dianggap sebagai kerjaan ilmuwan saja. Yang isi otaknya sedikit pasti bakal sulit paham. Belajar benda langit bikin dahi bekernyit. Padahal anggapan itu tak sepenuhnya benar.
Secara jarak, benda langit memang jauh. Namun, mereka begitu lekat dengan kehidupan manusia. Melalui benda langit dan fenomenanya, manusia menentukan musim tanam, membagi waktu, menetapkan masa ibadah, dan membuat navigasi.
Benda langit mempunyai fungsi dalam keseharian manusia. Siapa saja bisa mempelajarinya, termasuk anak-anak.
Berangkat dari keyakinan itulah, Pekan Astronomi Jakarta (PAJ) 2023 digelar. PAJ merupakan salah satu kegiatan rutin Planetarium dan Observatorium Jakarta Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki. PAJ digelar selama 7-13 Agustus 2023 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat.
Tahun ini, PAJ memilih menyelenggarakan acara dalam bentuk pameran, seminar, workshop, observasi langit, dan kegiatan keastronomian lainnya. Beberapa acara, seperti Planetarium Mini, ditujukan khusus untuk anak-anak.
Planetarium Mini diadakan untuk mengobati rasa rindu terhadap Planetarium Jakarta. Sejak 2020 hingga hari ini, Planetarium masih dalam masa revitalisasi.
Baca juga:
Pekan Astronomi Jakarta, Merayakan Warisan Pengetahuan Astronomi Nusantara

Meski Planetarium Mini untuk anak-anak, peminatnya ternyata berasal pula dari orang dewasa. “Kita targetkan untuk anak-anak yang masuk, ternyata orang dewasa antusias dengan Planetarium mini,” ujar Hanna Maresfin, kurator Pekan Astronomi Jakarta 2023, kepada Merahputih.com.
Hanna menyatakan, PAJ juga sebagai respons dari banyaknya permintaan masyarakat untuk dapat mempelajari astronomi secara menyenangkan di Taman Ismail Marzuki setelah masa pandemi selesai.
PAJ memperkuat peran Planetarium dan Observatorium Jakarta sebagai pusat penyebaran ilmu pengetahuan tentang astronomi. Keduanya ibarat jembatan antara ilmuwan dan masyarakat awam.
Planetarium dan Observatorium Jakarta juga diniatkan sebagai tempat pendidikan astronomi yang menarik dan mencerdaskan dengan memberikan layanan prima dan profesional.
Salah satu wujud layanan itu berupa Pameran Astronomi Budaya. Pameran berisikan panel informasi, maket, replika artefak, manuskrip, dan benda seni yang berkaitan dengan arkeoastronomi dan etnoastronomi Nusantara. Ada pula astrofotografi atau foto-foto benda dan fenomena langit karya Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ).
Acara lainnya berupa observasi matahari. Melalui acara ini, masyarakat bisa mengamati matahari melalui teleskop yang telah dilapisi oleh filter matahari.
Baca juga:

Para pengunjung juga beroleh pengetahuan tentang aneka ragam teleskop, fungsi, dan cara penggunaannya. Ada pendampingan dari petugas PAJ ketika pengunjung ingin menggunakan teleskop.
Pada hari terakhir, 13 Agustus, PAJ menggelar workshop Astrokids dengan tema “Matahari Sang Bintang di Tata Surya”. Kegiatan ini berupaya mengedukasi anak-anak dengan dunia astronomi.
Anak-anak diajak melakukan aktivitas sederhana dan menyenangkan seperti mendengarkan cerita bertema astronomi dan membuat maket (paper craft).
PAJ mendapatkan banyak respons positif dari para pengunjung. Kehadiran pameran ini dapat menambah wawasan generasi muda tentang astronomi dan kekayaan pengetahuan astronomi nusantara dari para leluhur.
Liya, seorang pengunjung PAJ, mengutarakan ketertarikannya dengan acara ini.
“Acara ini menarik. Belum pernah ke pameran Astronomi. Pesan saya, ke depannya mungkin persiapan harus lebih rapi. Dan tulisan-tulisan lebih disederhanakan agar pembaca juga mudah menangkap. Karena yang saya lihat mayoritas peserta adalah anak-anak,” ujarnya. (zvw)
Baca juga:
Jelang Lebaran, Fenomena Astronomi Gerhana Matahari Hibrida Warnai Langit Indonesia
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
