Jelang Lebaran, Fenomena Astronomi Gerhana Matahari Hibrida Warnai Langit Indonesia


Fenomena astronomi langka, gerhana matahari hibrida, akan hadir di Indonesia jelang Idul Fitri.(foto: Merahputih.com/Disya Shaliha)
TIAP lembar astrofotografi yang ditampilkan di Lobi Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Kamis (6/4), itu tampak memukau. Dalam setiap imaji, terlihat beragam fenomena gerhana matahari yang pernah terjadi di Indonesia.
“Gambar yang kita lihat di foto-foto ini merupakan hasil ekspedisi rekan-rekan Planetarium Jakarta, dibantu rekan-rekan komunitas Himpunan Astronomi Amatir Jakarta. Fenomena gerhana matahari sebelumnya terjadi pada 9 Maret 2016, yang saya ingat bertepatan dengan Hari Raya Nyepi. Jadi bagi umat yang merayakan, itu luar biasa. Hadiahnya ialah gerhana matahari total,” kenang perwakilan dari Planetarium Jakarta Muhammad Rayhan sebelum jumpa pers resmi dibuka pada hari itu.
BACA JUGA:
Gerhana Matahari Total Tahun Depan Momen Spesial Bagi Observatorium Bosscha ITB
Hadiah nan menakjubkan serupa akan dinikmati muslim pada tahun ini. “Menjelang Lebaran, muslim akan mendapat hadiah gerhana matahari hibrida,” katanya.
Gerhana matahari hibrida merupakan fenomena astronomi yang terjadi ketika dalam satu waktu fenomena gerhana ada daerah yang mengalami gerhana matahari total dan ada pula yang mengalami gerhana matahari cincin. Fenomena gerhana matahari hibrida disebabkan faktor kelengkungan bumi.

“Pada 20 April nanti, utamanya berubah dengan dengan gerhana matahari sebagian dan gerhana matahari total di wilayah Indonesia. Ini merupakan yang jarang, dan tentunya Indonesia beruntung sekali bisa mendapatkan gerhana matahari total lagi, karena gerhana matahari total berikutnya akan lewat wilayah Indonesia pada 2042,” ungkap astronom yang merupakan Kepala Observatorium Bosscha Dr Premana W Permadi, Ph.D.
Menurut Premana, fenomena gerhana matahari hibrida kali ini akan melintasi beberapa wilayah di Indonesia, khususnya Indonesia bagian tengah dan timur. Beberapa wilayah yang dapat melihat dengan jelas fenomena langka ini, yakni Kabupaten Maluku Barat Daya, Seram, Fakfak, Teluk Bintuni, Teluk Wondama, Kepulauan Yapen, serta Biak Numfor.
BACA JUGA:
“Hal yang menjadi sedikit menantang pada gerhana matahari tahun ini yakni sebagian besar wilayah yang akan dilintasi berupa lautan. Daratan itu hanya sedikit sekali,” lanjut Premana.
Keunikan itu menjadi peluang untuk dilakukannya penelitian-penelitian baru terhadap fenomena gerhana matahari hibrida. Kepala Pusat Riset Antariksa BRIN Dr Emanuel Sungging Mumpuni, yang juga hadir pada kesempatan yang sama, menjelaskan BRIN akan melakukan tiga eksperimen kecil saat fenomena astronomi langka ini berlangsung.
"BRIN akan melakukan tiga eksperimen kecil. Pertama perekaman fenomena gerhana. Kedua menghitung perubahan laut dari terang menjadi gelap dan sebaliknya, " ungkapnya.

Untuk melakukan eksperimen tersebut, pihak BRIN bersama observatorium juga akan bekerja sama dengan Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal).
Sementara itu, di Jakarta, masyarakat umum bisa juga melakukan pengamatan gerhana matahari hibrida bersama-sama di Planetarium dan Observatorium Jakarta. Untuk menunjang kegiatan tersebut, pihak Planetarium Jakarta akan menyediakan kurang-lebih 1.000 buah kacamata matahari dan 13 teleskop yang dapat digunakan bersama.(dsh)
BACA JUGA:
Tips dan Trik Ala Doddy M Gurning Memotret Gerhana Matahari dengan Smartphone
Bagikan
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
