AI Bantu Percepat Penemuan Astronomi
Peneliti sudah gunakan AI selama beberapa dekade. (Foto: Unsplash/Diane Serik)
AI telah membuat gambar lubang hitam pertama yang terkenal menjadi dua kali lebih tajam. Sebuah tim peneliti menggunakan kecerdasan buatan untuk memperbaiki secara dramatis gambar yang ditemukan pada 2019 itu.
Berkat teknologi tersebut, sekarang gambar itu menunjukkan citra lubang hitam di pusat galaksi M87 yang lebih gelap dan lebih besar dari gambar pertama. Sejatinya, Gizmodo pada Minggu (14/5) mengatakan para astronom telah menggunakan AI selama beberapa dekade.
Bahkan, pada 1990 silam, para astronom dari University of Arizona menjadi yang pertama menggunakan AI untuk mempelajari bentuk galaksi. Sejak itu, AI telah menyebar ke setiap bidang astronomi. Kini, karena teknologi itu kian kuat, algoritmanya mulai membantu para astronom mengolah kumpulan data yang sangat besar.
Baca juga:
Main Hati dengan C.AI Bot untuk Mengisi Kekosonganmu
Hal itu membantu para astronom menemukan lebih banyak pengetahuan baru tentang alam semesta. Astronomi sebagai ilmu merupakan upaya manusia untuk memahami banyak objek di langit malam. Namun, meneliti galaksi tak sesederhana meneropong menggunakan teleskop.
Terlebih, alam semesta tak hanya dipenuhi oleh bintang, awan, dan gas. Galaksi juga tak terhitung jumlahnya. Bahkan, semakin berkembangnya teknologi teleskop, semakin banyak pula benda langit yang dapat dilihat manusia dan jumlah data yang perlu dipilih oleh astronom bertumbuh secara eksponensial.
Maka, para astronom menggunakan pola untuk meneliti ruang angkasa. Algoritma AI membantu mereka mempelajari pola-pola itu, memanfaatkan jaringan saraf yang menggunakan banyak node agar mampu mempelajari pola-pola itu, dan mengklasifikasikan galaksi pada awal 2010-an.
Baca juga:
Kenalan dengan Girl Grup Korea yang Membernya Artificial Intelligence
Sekarang, para peneliti menggunakan AI untuk menyaring rim data dengan jauh lebih cepat dan menyeluruh daripada yang bisa dilakukan manusia. AI juga membantu para astronom untuk mengolah lebih banyak data dengan lebih cepat, dan mengurangi jumlah sinyal palsu dari alam semesta.
Contoh lainnya adalah pencarian exoplanet. Para astronom menemukan sebagian besar dari 5.300 exoplanet yang diketahui dengan mengukur penurunan jumlah cahaya yang datang dari sebuah bintang ketika sebuah planet melintas di depannya.
AI telah membuktikan dirinya sangat baik dalam mengidentifikasi objek yang diketahui seperti galaksi atau planet ekstrasurya, yang diminta oleh para astronom untuk dicari. Namun, juga cukup ampuh untuk menemukan objek atau fenomena yang diteorikan walau belum ditemukan di dunia nyata. (waf)
Baca juga:
Pakar Astronomi ITB Raih Penghargaan dari Royal Astronomical Society
Bagikan
Andrew Francois
Berita Terkait
Bocoran POCO F8 Ultra: Bawa Snapdragon 8 Elite Gen 5 dan 3 Lensa 50MP
Samsung Galaxy S26 Lebih Tipis dan Ringan dari iPhone 17, Siap Meluncur Tahun Depan!
Beda dengan China, OPPO Reno 15 Versi Global tak Bawa Kamera 200MP
25 PSE Belum Terdaftar Terancam Diblokir Komdigi, Ada Cloudflare Hingga Shutterstock
Apa Itu Cloudflare? Perusahaan yang Sempat Bikin Layanan Internet Terasa seperti 'Kiamat Kecil'
OPPO Reno 15c Segera Debut Desember 2025, Adopsi Lapisan Belakang Glossy
Xiaomi 17 Ultra Rilis setelah Natal 2025, Kameranya Diklaim Paling Unggul
Anti Mainstream! Huawei Mate 80 Bakal Hadir dengan RAM 20GB, Rilis Akhir November 2025
RedMagic 11 Pro Lolos TKDN Kemenperin, Kapan Diresmikan di Indonesia?
POCO F8 Ultra Sudah Muncul di Geekbench, Berikut Spesifikasi Lengkapnya