Sains

Pekan Astronomi Jakarta, Merayakan Warisan Pengetahuan Astronomi Nusantara

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 12 Agustus 2023
Pekan Astronomi Jakarta, Merayakan Warisan Pengetahuan Astronomi Nusantara

Masyarakat Nusantara karib dengan astronomi. (Foto: Merahputih.com/Zulthan Vigilio)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MASYARAKAT Nusantara adalah masyarakat yang karib dengan astronomi. Kedekatan ini terejawantah dari kalender, almanak pertanian, navigasi pelayaran, dan berbagai tradisi yang menggunakan fenomena astronomi sebagai penandanya.

“Bintang sejak dahulu memiliki banyak kegunaan untuk para pekerja. Dulu bintang sangat digunakan di sektor pertanian, dan sebagainya,” ujar Dr. Restu Gunawan, Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemendikbud Ristek, dalam seminar “Planetarium, Budaya dan Alam Semesta” di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu (12/8).

Seminar ini bagian dari Pekan Astronomi Jakarta (PAJ) yang digelar dari 7 sampai 13 Agustus 2023 oleh Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki. Selain seminar, ada pula pameran bertajuk “Mengungkap Kearifan Astronomi dalam Budaya Nusantara”.

Perjalanan panjang peradaban manusia diisi oleh kekaguman pada keindahan dan misteri langit. Manusia berupaya mengungkap objek-objek dan fenomena langit dengan seksama.

Baca juga:

AI Bantu Percepat Penemuan Astronomi

astronomi
Beberapa karya foto dari Astrofotografi disajikan dalam Pekan Astronomi 2023. (Foto: Merahputih.com/Zulthan Vigilio)

Dari sini pula, manusia membangun pengetahuan empiris tertua atau ilmu astronomi. Ilmu ini menjadi sistem rujukan universal bagi orientasi arah dan waktu. Melalui keduanya, manusia dapat menemukan korelasi antara objek-objek langit dan fenomena alam di bumi.

Bukti kemelekatan masyarakat Nusantara dengan astronomi juga tampak dari peribahasa “di mana bumi dipijak, di situlah langit dijunjung”. "Peribahasa ini menunjukkan adanya hubungan antara bumi dan langit sebagai kesatuan tak terpisahkan," kata Lisa Febriyanti, peneliti astronomi Masyarakat Papua.

Di Biak-Numfor, Jayapura, Papua, jejak kedekatan bangsa Indonesia dengan astronomi masih terlihat jembar. Suku Biak-Numfor mempelajari pergerakan benda langit untuk membuat almanak yang masih berlaku hingga hari ini dari ribuan tahun lampau.

Meski begitu, penggunaan almanak tersebut kian tersingkirkan akibat maraknya penggunaan kalender masehi secara global.

Baca juga:

Jelang Lebaran, Fenomena Astronomi Gerhana Matahari Hibrida Warnai Langit Indonesia

astronomi
Hanna Maresfin mengungkapkan pentingnya mengetahui astronomi bagi anak muda yang hidup dalam era teknologi. (Foto: Merahputih.com/Zulthan Vigilio)

PAJ bertujuan menghidupkan kembali keajaiban astronomi dan menguatkan kearifan lokal masyarakat Nusantara terhadap benda dan fenomena langit.

PAJ merupakan salah satu kegiatan rutin tahunan Planetarium dan Observatorium Jakarta Unit Pengelola Pusat kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki untuk merayakan pengetahuan astronomi Nusantara.

“Menurut saya, kenapa kita tidak angkat lagi pelajaran masa lalu dari nenek moyang. Saat ini teknologi berkembang. Jadi, menggunakan Global Positioning System untuk menentukan arah. Padahal zaman dulu menghitung kehamilan saja menggunakan rasi bintang," kata Hanna Maresfin, kurator PAJ.

"Menurut saya, anak muda sekarang harus diajarkan, minimal mengetahui warisan budaya ini, untuk bertahan hidup di saat teknologi tidak bisa digunakan, seperti contoh kita tersesat di gunung,” sambung Hanna Maresfin.

Tahun ini, PAJ menyelenggarakan beberapa bentuk kegiatan seperti pameran, seminar, workshop, observasi langit, dan kegiatan keastronomian lainnya.

PAJ digelar untuk menyambut hari ulang tahun ke-78 Republik Indonesia. Acara mengenal astronomi ini sangat penting untuk mengenang warisan pengetahuan nenek moyang yang telah mengkaji benda dan fenomena langit sebagai penunjang kehidupan. (zvw)

Baca juga:

Pakar Astronomi ITB Raih Penghargaan dari Royal Astronomical Society

#Astronomi #Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Dunia
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Stuart Semple klaim ciptakan warna cat baru hasil eksperimen ilmiah.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 26 April 2025
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Fun
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Ilmuwan temukan warna ‘olo’ — biru-hijau super pekat yang hanya terlihat dengan teknologi laser Oz.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 21 April 2025
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Bagikan