Sejumlah Rumah Sakit Kembali Jadi Sasaran Serangan Ransomware

Senin, 05 Oktober 2020 - Raden Yusuf Nayamenggala

INDUSTRI kesehatan kembali jadi sasaran serangan dunia maya. Sejumlah peretas dikabarkan kembali menyasar Rumah Sakit dalam melakukan serangan.

The New York Times melaporkan uji klinis melambat setelah penyedia perangkat lunak perawatan kesehatan eResearchTechnology, mengalami serangan ransomware sejak dua minggu lalu.

Baca juga:

Diduga Ingin Mencuri Penelitian COVID-19, Dua Peretas Tiongkok Kena Tuntut AS

Dikutip dari laman engadget, IQVIA (Sebuah perusahaan riset yang mengelola vaksin COVID-19 AstraZeneca) dan Bristol Myers Squibb (pemimpin aliansi yang mengembangkan tes COVID-cepat) merupakan dua target terbesar.

Sejumlah peretas melakukan serangan ransomware pada software Rumah Sakit (Foto: pixabay/b_a)

IQVIA dan Bristol Myers Squibb mengatakan efek serangan itu 'terbatas'. Sebagian berkat cadangan data. Namun, pelanggan eResearchTechnology lainnya tampaknya harus melacak pasien uji coba dengan menggunakan kertas.

Belum jelas apakah ransomware memengaruhi uji coba COVID-19. Belum diketahui pula siapa sosok di balik serangan itu. Pihak eResearchTechnology pun belum mengatakan apakah mereka membayar uang tebusan untuk mendapatkan kembali komputernya.

Kabar insiden itu muncul beberapa hari setelah dugaan kampanye ranmsomware besar-besaran terhadap layanan kesehatan universal, yang bertujuan untuk menghalangi perawatan pasien.

Baca juga:

Pemilu Amerika Serikat akan jadi Sasaran Peretas Tiongkok?

Beberapa minggu sebelumnya, pasien asal Jerman meninggal ketika tuntutan tebusan digital memaksa rumah sakit untuk memindahkan pasien yang membutuhkan perawatan vital.

Pihak rumah sakit harus tingkatkan keamanan untuk menghadapi serangan cyber (Foto: pixabay/fotoart-treu)

Serangan ransomware tersebut tepatnya terjadi pada komputer sebuah rumah sakit Universitas Duesseldorf di Jerman. Mirisnya, pasien perempuan yang meninggal dunia pada serangan itu.

Fasilitas perawatan kesehatan sendiri merupakan salah satu target terbesar serangan cyber. Terkait hal itu, pakar keamanan cyber sudah memperingatkan bertahun-tahun bahwa sebagian besar rumah sakit tak siap menghadapi serangan itu.

Padahal, sebuah Rumah Sakit sangat bergantung pada sejumlah perangkat, seperti peralatan radiologi, yang sering kali terhubung ke internet. Tanpa alat tersebut, pihak rumah sakit tak bisa merawat si pasien.

"Bila sistem itu terganggu lewat internet, oleh penjahat atau human error, itu bisa berdampak besar pada perawatan pasien," jelas Beau Woods, Advokat keamanan cyber. (ryn)

Baca juga:

Bug Instagram Bisa Memudahkan Peretas Ambil Alih Ponsel Pintar?

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan