Manfaat dan Reaksi Ekstrem Tubuh saat Konsumsi Makanan Pedas
Rabu, 24 Mei 2023 -
BEBERAPA kita sangat menyukai makanan pedas. Bahkan ada yang mengonsumsinya hampir setiap hari. Rata-rata semua menyukai rasa dan sensasi kesemutan dalam mulut akibat kepedasan.
Namun, bagaimana semua panas itu memengaruhi tubuh kita?
Menukil laman CNA, mengonsumsi makanan pedas bisa menimbulkan berbagai reaksi fisiologis seperti kesemutan di lidah dan bibir, serta berkeringat. “Kita semua menikmati efek yang terjadi saat makanan pedas, membuat hidup lebih menarik,” kata David Julius, ahli fisiologi di University of California, San Francisco.
Pencinta makanan pedas mungkin akrab dengan satu reaksi fisik langsung, yaitu berkeringat. Ini lantaran beberapa makanan pedas mengandung senyawa yang mengikat reseptor saraf di sepanjang saluran cerna, termasuk mulut, yang diaktifkan oleh panas.
Cabai, bahan utama dari banyak hidangan pedas, mengandung senyawa capsaicin, yang mengikat reseptor tersebut saat dimakan. Kemudian itu mengirimkan sinyal rasa sakit ke otak.
Bahan kimia utama yang ditemukan dalam merica, lobak, dan mustard juga mengikat reseptor yang sama meskipun kurang kuat.
Saraf mengirimkan sinyal yang sama ke otak seperti jika kamu bersentuhan dengan api yang sebenarnya. Itu sebab berkeringat atau memerah saat makan pedas. Ini cara tubuh mendinginkan diri.
“Senyawa capsaicin mengelabui tubuhmu dengan berpikir bahwa suhu telah meningkat sehingga otak akan berpikir perlu melepaskan panas. Maka pada manusia, kebanyakan kita akan menghasilkan keringat," kata Julius.
Baca juga:

Makan makanan pedas dalam jumlah sedang umumnya aman bagi orang yang belum memiliki masalah perut. Namun, hal itu dapat menyebabkan peradangan pada area yang membantu pencernaan dan terkadang dapat menyebabkan mulas, sakit perut, atau diare.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan pedas dapat dikaitkan dengan beberapa manfaat kesehatan. Mengonsumsi suplemen capsaicin setiap hari, setara dengan mengonsumsi empat atau lima paprika habanero dengan jumlah yang sama, hasilnya akan mempercepat metabolisme. Para peserta penelitian tersebut berhasil membakar setara dengan 200 kalori ekstra per hari selama periode 14 minggu.
Riset pada 2022 yang melibatkan lebih dari 6.000 orang dewasa menemukan bahwa asupan cabai dikaitkan dengan pengurangan penumpukan kalsium di dinding arteri koroner yang memasok darah ke jantung.
Bukti beragam tentang makanan pedas meningkatkan atau menurunkan risiko kanker pun ada. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa konsumsi cabai setiap hari dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kerongkongan, tetapi tidak dengan kanker lambung atau kolorektal.
Baca juga:

Beberapa percobaan menemukan bahwa capsaicin dan piperine (bahan kimia yang ditemukan dalam merica) dapat membantu menghambat atau menghancurkan sel kanker payudara manusia. Para ilmuwan belum tahu apakah temuan ini suatu hari nanti dapat mengarah pada pengobatan yang potensial.
Studi pada 2015 menemukan bahwa mereka yang makan makanan pedas enam sampai tujuh kali per/minggu selama beberapa tahun memiliki risiko kematian 14 persen lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang makan makanan pedas kurang dari sekali dalam seminggu.
Dalam beberapa kasus, cabai yang sangat pedas telah menyebabkan reaksi fisiologis yang ekstrim, seperti sakit kepala atau muntah yang begitu parah hingga memecahkan kerongkongan seseorang. "Untuk meredakannya yang terbaik adalah meminum sesuatu dengan kandungan lemak tinggi, seperti segelas susu atau sesendok krim asam," kata Julius.
Capsaicin adalah senyawa yang larut dalam lemak, artinya tidak akan larut dalam air tidak peduli seberapa banyak kamu menenggaknya.
Kesimpulannya, kamu perlu membuat batasan sendiri dan tidak melebih-lebihkan berapa banyak panas dan pedas yang dapat dikonsumsi oleh tubuhmu. Dengan keseimbangan yang tepat, kamu mungkin menemukan kenikmatan dan manfaat dari mengonsumsi makanan pedas. (dgs)
Baca juga: