Miris, Pelajar Sekolah Dasar Sumbang Pasien COVID-19 Terbanyak di Usia Anak
Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito dalam diskusi Satgas Penanganan COVID-19 di Jakarta pada Kamis (7/1/2021). ANTARA/Prisca Triferna
MerahPutih.com - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menyatakan, anak rentang usia sekolah (0-18 tahun) menyumbang 8,87 persen kasus COVID-19 secara nasional.
Berdasarkan data diketahui bahwa anak usia setara pendidikan sekolah dasar (7-12 tahun) menyumbang angka terbanyak, yakni 29,8 persen, diikuti usia SMA (16-18 tahun) sebanyak 23,17 persen.
Kemudian, SMP (13-15 tahun) sebanyak 18,8 persen dan TK (3-6 tahun) sebanyak 14,3 persen serta PAUD (0-2 tahun) 13,8 persen.
Baca Juga:
DKI Minta Pemerintah Pusat Tambah Hotel untuk Isolasi Pasien COVID-19
Dari sebaran kasus, diketahui DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Riau, Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur, Sumatera Barat, dan Banten konsisten menempati 10 besar daerah dengan konfirmasi kasus tertinggi pada rentang usia sekolah.
"Di mana DKI, Jabar, Jatim, dan Jateng konsisten tempati 4 teratas pada seluruh golongan usia sekolah," kata kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito, Kamis (7/1).
Tidak hanya terkait data kasus positif, Satgas merasa perlu menyampaikan daerah dengan kontributor kematian pada rentang usia sekolah tertinggi secara nasional.
"Daerah-daerah tersebut di antaranya Sulawesi Utara 6,78 persen, NTB 4,72 persen, dan NTT 4,35 persen pada rentang 0-2 tahun," kata Wiku.
Selanjutnya Jawa Timur 4,6 persen, Riau 0,73 persen, Kepulauan Riau 0,72 persen untuk rentang 3-6 tahun. Jawa Timur 4,6 persen, Gorontalo 1,49 persen, Sulawesi Selatan 1,47 persen pada rentang usia 7-12 tahun.
Jawa Timur 4,96 persen, Gorontalo 2,08 persen dan NTB 0,85 persen pada rentang 13-15 tahun. Selanjutnya Jawa Timur 4,62 persen, Gorontalo 1,6 persen, dan Aceh 1,35 persen pada rentang usia 16-18 tahun.
"Data ini disampaikan bukan untuk menakuti, melainkan sebagai bentuk transparansi Satgas kepada pemda maupun masyarakat," kata Wiku.
Data itu, menurut Wiku, selayaknya dijadikan dasar pertimbangan sebelum mengeluarkan izin pembelajaran tatap muka.
"Daerah dengan persentase kasus positif COVID-19 tinggi, diharapkan fokus terlebih dulu pada penanganan pandemi," tegas Wiku.
Baca Juga:
Dia menegaskan bahwa jika ada daerah yang merasa siap melakukan pembelajaran tatap muka, harus terlebih dahulu paham komitmen untuk menerapkan disiplin protokol kesehatan.
Termasuk juga harus memiliki strategi yang jelas untuk memulai proses pembelajaran tatap muka.
“Jangan sampai ada kecerobohan yang menimbulkan naiknya angka kasus COVID-19 di masa kedaruratan kesehatan,” pungkasnya. (Knu)
Baca Juga:
Erick Perintahkan Bio Farma Tingkatkan Kapasitas Produksi Vaksin COVID-19
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
DPR Soroti Rencana Penutupan 7 Sekolah di Aceh Barat, Khawatir Hak Pendidikan Anak Terancam
Ikut Demo karena Ajakan di Media Sosial, Ratusan Pelajar dari Luar Jakarta Dihentikan Polisi saat Menuju Gedung MPR/DPR
Strategi Disdik DKI Cegah Siswa Ikut Demo, Pemberlakuan Belajar Jarak Jauh hingga Pengawasan Khusus pada Sekolah Rawan
Fenomena Gunung Es, masih Banyak Anak di Jakarta yang Putus Sekolah
Banyak Siswa Takut Cek Kesehatan Gratis, Dokter Spesialis Anak Sebut Peran Guru Diperlukan
Pendirian Sekolah Rakyat Dinilai Langkah Strategis Atasi Kemiskinan Struktural
Bikin Melongo! Ini Dia Angka Fantastis di Balik Program Sekolah Swasta Gratis DKI
2 Juta Penumpang Lebih Naik Kereta Api Selama Periode Libur Sekolah 20 Juni Hingga 15 Juli
Wagub Rano Klarifikasi Ucapannya Bakal Potong Tukin ASN yang Telat Masuk akibat Antar Anak Sekolah
Ironi Pendidikan: Menteri Imbau Antar Anak Sekolah, Wagub DKI Malah Ancam Potong Tukin