DPR Soroti Rencana Penutupan 7 Sekolah di Aceh Barat, Khawatir Hak Pendidikan Anak Terancam

Ilustrasi pelajar. (Foto LOMBOKita)
Merahputih.com - Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Lalu Hadrian Irfani, menyuarakan kekhawatiran mendalam mengenai rencana Pemerintah Kabupaten Aceh Barat yang hendak menutup tujuh Sekolah Dasar (SD).
Rencana penutupan ini didasari oleh minimnya jumlah murid dan guru di sekolah-sekolah tersebut, sebuah masalah serius yang menurut Lalu Hadrian mengancam pemenuhan hak dasar pendidikan anak-anak di wilayah pedalaman.
“Data lapangan menunjukkan kondisi yang memprihatinkan. Di SDN Paya Baro, anak-anak menangis cemas menghadapi kemungkinan menempuh jarak lima kilometer ke sekolah terdekat. Sementara di SDN Cot Buloh, fasilitasnya tidak layak, bahkan murid kelas I terpaksa belajar di gudang karena keterbatasan ruangan," jelas Lalu, Senin (29/9).
SDN Paya Baro, yang terletak di ujung Kecamatan Meureubo dan merupakan satu dari tujuh sekolah yang direncanakan tutup, sedang menjadi fokus kajian akademik oleh Dinas Pendidikan Aceh Barat sebelum keputusan final diambil.
Baca juga:
Menanggapi langkah Pemkab Aceh Barat, Lalu Hadrian menegaskan kembali bahwa pendidikan adalah hak dasar yang diamanatkan oleh konstitusi. Ia sangat khawatir jika sekolah-sekolah ini ditutup tanpa solusi pengganti yang memadai, berpotensi meningkatkan angka putus sekolah, memperberat beban anak, dan melemahkan kualitas pembelajaran.
Lalu menambahkan bahwa fakta adanya peningkatan jumlah murid di beberapa sekolah kecil seperti SDN Paya Baro menunjukkan potensi perbaikan masih ada, asalkan didukung dengan kebijakan dan fasilitas yang tepat.
Komisi X DPR RI mendesak pemerintah daerah dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) untuk mencari solusi alternatif sebelum melakukan penutupan.
Lalu Hadrian menyarankan beberapa pendekatan, seperti penggabungan sekolah dengan sistem satelit, penambahan guru kontrak, peningkatan sarana dan prasarana, serta jaminan penempatan ulang guru agar tidak terdampak.
Baca juga:
Aktivitas Anak Pulau Pucung Bersekolah Sebrangi Sungai Indragiri Hilir Riau
Menurutnya, penerapan standar nasional pendidikan di daerah pedalaman harus fleksibel. Tantangan geografis, infrastruktur, dan ekonomi harus menjadi pertimbangan utama, dan penutupan seharusnya menjadi opsi terakhir setelah semua upaya perbaikan fasilitas, insentif guru, dan penguatan partisipasi masyarakat dilakukan.
Lalu menekankan bahwa investasi pada sekolah-sekolah kecil di pelosok bukan sekadar menyediakan tempat belajar, melainkan juga menjaga keadilan sosial dan memastikan kesempatan pendidikan yang merata.
"Keputusan apapun terkait penutupan sekolah harus selalu mengutamakan kepentingan terbaik bagi murid, sekaligus memastikan guru tetap menjalankan peran strategisnya sebagai pendidik bangsa.”
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
DPR Soroti Rencana Penutupan 7 Sekolah di Aceh Barat, Khawatir Hak Pendidikan Anak Terancam

DPR Dorong Evaluasi dan Penguatan Standar Keamanan Program MBG

Mewujudkan Keadilan yang Melekat pada Presiden, Hinca Pandjaitan Desak Reformasi Total KUHAP

Legislator PKS Tegaskan MBG Harus Hadirkan Manfaat Nyata, bukan Timbulkan Kekhawatiran Baru

Kementerian BUMN Jadi BP BUMN, DPR: Momentum Lebih Profesional Bukan Lagi Alat Politik

Setuju Revisi UU BUMN Ubah Status Kementerian, F-PKB Beri Sejumlah Catatan Khusus

Presiden Prabowo Berpidato di PBB, Komisi I DPR Sebut Kemerdekaan Palestina Harus segera Terwujud

Usai Siswa Keracunan, DPR Minta Semua Dapur MBG Wajib Punya Alat Uji Pangan dan Terapkan Tes 'Cium-Cicip-Lihat'

Kasus Keracunan Massal MBG, Wakil Ketua DPR Minta Program Diperkuat Melalui Perpres

PKB Dorong RUU Masyarakat Hukum Adat demi Cegah Konflik Horizontal
