Khawatir Jangan Berlebihan, 'Kemakan' di Badan

P Suryo RP Suryo R - Sabtu, 29 Juli 2023
Khawatir Jangan Berlebihan, 'Kemakan' di Badan

Masalahnya terjadi ketika 'fight or flight' dipicu tiap hari oleh kekhawatiran dan kecemasan berlebihan. (freepik/wavebreakmedia_)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

APAKAH kamu seorang pencemas yang selalu khawatir berlebihan? Mungkin secara tidak sadar berpikir bahwa jika "cukup khawatir", kamu dapat mencegah terjadinya hal-hal buruk.

Namun faktanya, rasa khawatir dapat memengaruhi tubuh dengan cara yang mungkin mengejutkan.

Baca Juga:

Fatherless Figure Syndrome, Punya Ayah, Tapi Berasa Jauh

khawatir
Dokter mungkin akan meresepkan obat anticemas atau antidepresan untuk membantumu mengatasi kecemasan berlebihan. (freepik/freepik)

Ketika rasa khawatir menjadi berlebihan dapat menimbulkan perasaan cemas yang tinggi bahkan menyebabkan kamu sakit secara fisik.

Khawatir adalah merasa tidak nyaman atau terlalu khawatir tentang situasi atau masalah. Dengan kekhawatiran yang berlebihan, pikiran dan tubuh menjadi terlalu bersemangat saat kamu terus-menerus fokus pada "apa yang mungkin terjadi".

Kekhawatiran kronis dapat sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari sehingga dapat mengganggu nafsu makan, kebiasaan gaya hidup, hubungan, tidur, dan kinerja pekerjaan.

Sakit secara fisik


Kekhawatiran kronis dan stres emosional dapat memicu sejumlah masalah kesehatan. Masalahnya terjadi ketika fight or flight dipicu setiap hari oleh kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan.

Respon fight or flight menyebabkan sistem saraf simpatik tubuh melepaskan hormon stres seperti kortisol. Hormon-hormon ini dapat meningkatkan kadar gula darah dan trigliserida (lemak darah) yang dapat digunakan tubuh sebagai bahan bakar.

Baca Juga:

Manfaat Journaling dan Cara Memulainya

khawatir
Rasa khawatir dapat memengaruhi tubuh dengan cara yang mungkin mengejutkan. (freepik/cookie_studio)

Ketika bahan bakar yang berlebihan dalam darah tidak digunakan untuk aktivitas fisik, kecemasan kronis dan pencurahan hormon stres dapat menimbulkan konsekuensi fisik yang serius, termasuk:

- berkurangnya sistem kekebalan tubuh

- gangguan pencernaan

- ketegangan otot

- kehilangan memori jangka pendek

- penyakit arteri koroner prematur

- serangan jantung

Jika kekhawatiran yang berlebihan dan kecemasan yang tinggi tidak ditangani, hal itu dapat menyebabkan depresi dan bahkan pikiran untuk bunuh diri.

Meskipun efek ini merupakan respons terhadap stres. Stres hanyalah pemicunya. Apakah kamu sakit atau tidak tergantung pada bagaimana kamu menangani stres.

Respons fisik terhadap stres melibatkan sistem kekebalan tubuh, jantung dan pembuluh darah, dan kelenjar tertentu dalam tubuh mengeluarkan hormon. Hormon-hormon ini membantu mengatur berbagai fungsi dalam tubuh , seperti fungsi otak dan impuls saraf.

Meskipun rasa khawatir yang berlebihan dan kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan ketidakseimbangan pada tubuh, ada banyak pilihan yang kamu miliki yang dapat membangun kembali keharmonisan pikiran, tubuh, dan jiwa.

Mulailah dengan berbicara dengan dokter perawatan primer. Dapatkan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk memastikan masalah kesehatan lainnya tidak memicu perasaan cemas kamu.

Dokter mungkin akan meresepkan obat seperti obat anticemas atau antidepresan untuk membantumu mengatasi kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan. (aru)

Baca Juga:

Serangan Panik, Tanda dan Cara Mengatasinya

#Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love

Berita Terkait

Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Fun
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Pelarian Artscape hadir sebagai pelampiasan yang sehat dan penuh makna.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 04 Agustus 2025
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Indonesia
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Kelelahan mental merupakan sindrom yang dihasilkan dari stres terkait dengan pekerjaan kronis.
Dwi Astarini - Rabu, 30 Juli 2025
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya
Lifestyle
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Gangguan perasaan bisa berupa emosi yang tumpul atau suasana hati yang kacau
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 26 Juli 2025
Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui
Indonesia
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Hasil ini menjadi sinyal penting perlunya konsultasi lebih lanjut dengan tenaga profesional.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 21 Juli 2025
Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental
Indonesia
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Depresi yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan depresi yang resistan terhadap pengobatan atau treatment resistant depression atau (TRD).
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
Lifestyle
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Untuk skizofrenia, faktor risikonya mencakup genetik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 15 Mei 2025
Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja
Fun
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Skizofrenia dapat menurunkan kualitas hidup secara signifikan.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 15 Mei 2025
Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja
Fun
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Penderita GB I, mengalami setidaknya satu episode manik yang berlangsung selama seminggu atau lebih.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 14 Mei 2025
Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
Bagikan