Kesehatan

Digital Self Harm, Perilaku Merundung Diri Sendiri di Media Sosial

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Selasa, 22 September 2020
Digital Self Harm, Perilaku Merundung Diri Sendiri di Media Sosial

Digital self harm, umumnya terjadi dikalangan remaja. (unsplash/@punttim)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

BULLYING bukanlah hal yang bisa dianggap remeh, banyak sekali remaja bahkan orang dewasa yang menjadi korban perundungan secara online (cyberbullying) di media sosial yang berujung pada depresi.

Tidak ada yang mau kena bully, tetapi terdapat perilaku unik yaitu praktik bullying terhadap diri sendiri secara online di media sosial.

Baca juga:

Sadari dan Berhenti Melakukan Self-Harm

Dikenal dengan istilah digital self harm, praktik ini sering dilakukan terutama oleh para remaja. Sebenarnya apa yang memicu perilaku ini?

Digital Self Harm, Perilaku Merundung Diri Sendiri di Media Sosial
Menggunakan akun palsu untuk mengirim pesan jahat kepada diri sendiri. (unsplash/@vheath)

Melansir laman VICE, dipublikasikan di Journal of Adolescent Health, peneliti menyebutkan digital self-harm perilaku berupa mengunggah, mengirim, atau membagikan materi negatif tentang diri sendiri.

Salah satu penulis studi, seorang ahli dalam isu cyberbullying, Justin W. Patchin berbagi pengalamannya saat ia dihubungi oleh polisi mengenai kasus ini.

Seorang menerima pesan anonim bertulis, "jika kamu tidak bunuh diri malam ini, saya akan melakukannya untukmu." Saat diinvestigasi, ternyata pesan anonim tersebut berasal dari sang korban sendiri.

Melansir laman NPR, Psikolog anak Sheryl Gonzalez-Ziegler mengatakan ini adalah masalah yang berkembang dan dilakukan oleh klien remajanya.

Seorang gadis remaja, secara anonim menindas dirinya sendiri karena dia merasa rentan dan terbuka atas orientasi seksualnya.

"Dia membuat akun hantu di Instagram dan mengunggah komentar jahat tentang dirinya, mengatakan hal-hal seperti, "Saya pikir kamu menyeramkan dan gay" dan "Jangan duduk di sebelah saya lagi," kata Ziegler kepada NPR.

Digital Self Harm, Perilaku Merundung Diri Sendiri di Media Sosial
Digital self harm sebagai cara mencari perhatian dari orang lain. (unsplash/@tompumford)

Studi yang dipublikasi di Journal of Adolescent Health mengatakan, remaja menindas diri mereka sendiri secara online sebagai cara untuk mengelola perasaan sedih dan benci pada diri sendiri. Termasuk untuk mendapatkan perhatian dari teman mereka.

Untuk penelitian ini, 5.593 siswa sekolah menengah dan sekolah menengah atas dari seluruh AS, dari usia 12 hingga 17 tahun, menyelesaikan serangkaian kuesioner yang menanyakan tentang pengalaman mereka dengan tindakan digital self-harm dan cyberbullying.

Sameer Hinduja, salah satu penulis studi dan profesor kriminologi di Florida Atlantic University mengatakan kepada NPR, 6 persen remaja yang berpartisipasi dalam penelitian terlibat dalam beberapa bentuk tindakan digital self-harm.

Baca juga:

Langkah Sederhana untuk Menjaga Pikiran tetap Sehat di 2020

Melansir laman VICE, ketika peneliti bertanya kepada para responden apa yang memotivasi mereka untuk melakukan digital self-harm, muncul beberapa tema. Beberapa dari mereka melakukan ini untuk menguji teman mereka untuk melihat bagaimana hal tersebut akan ditanggapi.

Sebagian lagi melakukannya untuk melucu atau menarik perhatian pada diri mereka sendiri. Sisanya memiliki perasaan harga diri yang rendah dan membenci diri sendiri. "Karena saya sudah merasa buruk dan hanya ingin diri saya sendiri merasa lebih buruk," ucap seorang anonim.

Digital Self Harm, Perilaku Merundung Diri Sendiri di Media Sosial
Banyak remaja yang melakukan digital self-harm untuk mencari 'bantuan'. (unsplash/@heftiba)

Melansir laman NPR, analisis statistik oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit terhadap kunjungan ruang gawat darurat selama lebih dari satu dekade di AS. Menunjukkan sejak 2009, jumlah anak perempuan usia 10 hingga 14 tahun yang secara fisik melukai diri sendiri terus meningkat.

Menurut American Psychological Association, remaja yang melukai diri sendiri sering mengalami dengan depresi, gangguan stres pascatrauma, atau kesulitan mengatur emosi.

Ziegler mengatakan bahwa untuk kasus digital self-harm, tidak semua dari mereka memiliki penyakit kejiwaan. Tetapi bukan berarti perilaku mereka harus dianggap enteng.

Psikolog anak tersebut menambahkan, mirip dengan remaja yang melukai diri sendiri dengan menyayat diri, mereka yang melakukan digital self-harm sering menderita secara diam-diam, merasa seperti mereka tidak punya teman, atau orang dewasa untuk diajak curhat.

Laman VICE melaporkan, Patchin mengatakan bahwa orangtua harus menyadari bahwa kasus cyberbullying sebenarnya bisa merugikan diri sendiri secara digital. Dia juga menambahkan bahwa digital self-harm masih sebuah fenomena yang kurang diteliti.

"Penegak hukum harus mau mempertimbangkan gagasan tersebut, dan merespons dengan tepat. Jangan sampai tindakan ini dibiarkan dan hanya dianggap sebagai hoaks agar para remaja tersebut mendapatkan perhatian. Harus disadari bahwa dalam kasus digital self-harm, ada remaja yang mencari bantuan," tutup Patchin. (lev)

*Depresi jangan dianggap enteng. Jika Anda pernah memikirkan atau merasakan tendensi bunuh diri, mengalami krisis emosional, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.

Baca juga:

Catastrophic Thinking, Kebiasaan Memprediksi Hal-Hal Buruk

#Kesehatan #Kesehatan Mental #Bullying #Cyberbullying
Bagikan
Ditulis Oleh

Ananda Dimas Prasetya

nowhereman.. cause every second is a lesson for you to learn to be free.

Berita Terkait

Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Lainnya
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Vertigo merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut sensasi seolah-olah lingkungan di sekitar penderita terus berputar dan biasanya disertai rasa pusing.
Frengky Aruan - Kamis, 21 Agustus 2025
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Indonesia
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
Anggaran kesehatan pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026 dialokasikan sebesar Rp 244 triliun.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 21 Agustus 2025
Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
Bagikan