Telaah Kegagalan 'Jualan Baliho Jokowi' Dongkrak Elektabilitas PSI

Jumat, 19 Januari 2024 - Wisnu Cipto

MerahPutih.com - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di bawah kepemimpinan Kaesang Pangarep terancam tidak lolos ke parlemen pada Pemilu 2024. Pasalnya, elektabilitas partai berlambang mawar hanya di angka 1,4 persen berdasarkan hasil survei terbaru Indikator Politik Indonesia yang dirilis Januari 2024.

Bahkan, tingkat keterpilihan PSI jauh merosot dibandingkan Desember 2023. Pada akhir tahun lalu, elektabilitas PSI berada di angka 2,4 persen, padahal Kaesang dan kawan-kawan harus mengantongi ambang batas parlemen atau parliamentary threshold sebesar 4 persen untuk melenggang ke Senayan.

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin berpendapat elektabilitas di bawah 4 persen adalah kondisi objektif dari PSI. Menurutnya, endorsement Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga tidak mampu mendongkrak elektabilitas partai besutan anak bungsu sang Presiden.

Baca Juga:

Pesan Jokowi ke PSI: Jangan jadi Follower tapi Trendsetter

Alasannya, kata Ujang, sosok Jokowi sudah lekat di ingatan masyarakat sebagai kader PDI Perjuangan (PDIP), sehingga pemasangan gambar Jokowi pada baliho-baliho tidak berdampak positif pada perjuangan politik PSI untuk dapat mengisi kursi di parlemen.

“Dalam konteks PSI, Jokowi tidak menjual, karena Jokowi itu identik dengan PDIP. Karena bagaimanapun masyarakat publik di grass roots (akar rumput) itu, Jokowi PDIP, Jokowi masih kader PDIP, walaupun hati tindakan pikirannya sudah keluar dari PDIP,” kata Ujang saat dihubungi, Jumat (19/1).

Lebih lanjut Ujang menyampaikan masyarakat masih mengganggap Jokowi sebagai kader PDIP. Meskipun hati, pikiran, dan tindakan Jokowi sudah tidak sejalan dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri.

“Memasang baliho apapun tidak dapat (mengatrol) elektabilitas PSI karena masyarakat di kelas bawah itu tahunya Jokowi masih di PDIP,” ujarnya.

Dengan kondisi tersebut, Ujang meragukan PSI dapat membalikan keadaan dengan meraih elektabilitas mininum 4 persen di sisa waktu menjelang kontestasi elektoral 2024. Sebaliknya, kata dia, masyarakat akan menuduh PSI dibantu oleh kekuasaan jika pada akhirnya elektabilitas partai besutan Kaesang tersebut naik signifikan dan lolos ke parlemen.

“Masyarakat akan menuduh yang tidak-tidak kepada PSI karena bisa saja dianggap disulap oleh kekuasaan, dibantu oleh kekuasaan, dan lain sebagainya,” ucap Ujang.

“Dari 1,4 ke 4 persen itu berat, dan itu sulit dalam konteks rebound, kecuali kalau ada intervensi kekuasaan,” imbuhnya.

Ujang menambahkan faktor lain yang membuat PSI kesulitan melaju ke gedung DPR RI adalah sosok Kaesang yang minim pengalaman di politik. Terlebih, banyak kader PSI yang mengundurkan diri, seperti Mohamad Guntur Romli, Tsamara Amany, Rian Ernest, dan Surya Tjandra.

“Kalau misalkan nanti, apa namanya, disulap angkanya besar, apa namanya, naik, ya rusuh masyarakat curiga. Ini mungkin cerminan dari kondisi objektif PSI saat ini,“ pungkasnya. (Pon)

Baca Juga:

Gabungnya Kaesang ke PSI Dinilai Sebagai Penegasan Jokowi Dukung Prabowo

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan