Pemprov DKI Nurut Rekomendasi Kejaksaan dan KPK, Pam Jaya Ambil Alih Aset Aetra dan Palyja
Senin, 31 Januari 2022 -
MerahPutih.com - Mulai 1 Februari 2023, Perusahaan Air Minum (Pam) Jaya menjadi operator tunggal dalam pengelolaan cakupan air bersih perpipaan di Jakarta. Nantinya, PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air Jakarta sudah tidak lagi bekerja sama dengan Pam Jaya.
Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, Marullah Matali memastikan kemitraan dengan Palyja dan Aetra tidak akan berlanjut. Kontrak kerja sama itu akan berakhir pada 31 Januari 2023 mendatang.
Baca Juga:
PAM Jaya Didesak Hentikan Kerja Sama dengan Palyja
Penghentian kerja sama ini dilakukan berdasarkan kajian-kajian yang telah dilakukan. Terlebih, kontrak kerja sama itu dipastikan berakhir pada 31 Januari 2023 mendatang dan tidak dilanjutkan.
“Kejaksaan dan KPK sudah memberikan rekomendasi seperti itu. Dan kita sudah sampaikan jadi keluarnya dengan baik-baik,” kata Marullah saat akselerasi transisi dan transportasi Pam Jaya di Jakarta Selatan, Senin (31/1).
Kontrak kerja dua mitra perusahaan swasta itu akan berakhir pada 31 Januari 2023 mendatang, sesuai perjanjian kerja sama yang ditandatangani pada 6 Juni 1997.
"Februari target kita sudah present, beda operator, jadi operatornya itu bukan Palyja dan Aetra, 1 Februari operator di DKI itu Pam Jaya," kata Direktur Utama PAM Jaya, Syamsul Bachri Yusuf.
Baca Juga:
Kontrak Swastanisasi Air Segera Berakhir, PAM Jaya Siapkan Tim Transisi
Dalam kesepakatan bersama, enam bulan sebelum swastanisasi air bersih berakhir (31 Januari 2023) atau tepatnya pada Agustus 2022, Pam Jaya beserta Aetra dan Palyja sudah mempunyai roadmap bagaimana transisi Sumber daya Manusia (SDM) atau (persoalan karyawan) dan bagaimana teknis transisi aset.
Saat ini, kata Syamsul, Pam Jaya bersama Palyja dan Aetra telah membentuk tim teknis untuk menyelesaikan persoalan di atas tersebut.
"Mereka bertiga lagi ngobrol gimana planing yang sudah berjalan. Tentu di satu kamar ya, pam dengan Aetra dan pam dengan Palyja," urainya.
Baca Juga
Pemprov DKI Yakin 22 Ribu Titik Sumur Resapan Rampung Sesuai Jadwal
Tapi dalam waktu dekat ini pihaknya akan merekrut konsultan guna membantu kelancaran masa transisi terkait pengelolaan air bersih secara mandiri ini.
"Nantinya baru kita tau apa yang masalah apa yang tidak masalah, reality check nya enam bulan ke depan. Idealnya, bagusnya tiga tahun, tapi kan saya jadi dirut baru 4 minggu," ujarnya.
Pam jaya sendiri membutuhkan investasi hingga Rp 30 triliun untuk memberikan 100 persen layanan air bersih kepada masyarakat Jakarta. Saat ini, produksi air baku PAM Jaya di Jakarta baru mencapai 21 ribu liter per detik dengan cakupan layanan 66 persen.
Baca Juga
Sumur Resapan di ITC Cempaka Mas Dibuat Pihak Ketiga Pakai Dana PEN
"Sementara, untuk mencapai layanan hingga 100 persen butuh sekitar 33 ribu liter per detik. Angka Rp 30 triliun itu nilai investasi yang dibutuhkan PAM Jaya hingga 2030,” beber Syamsul.
Nilai investasi sebesar ini, selain untuk menambah kapasitas produksi air baku, juga dibutuhkan untuk membangun jaringan perpipaan sepanjang 4200 kilometer. Dana itu juga untuk menambahkan jumlah pelanggan air bersih di Jakarta.
"Target kita, mau 100 persen layanan itu itu harusnya nilai yang ideal itu kan 2,2 juta sampai 2,6 juta pelanggan PAM,” tegasnya. (Asp)