Hari Toleransi Internasional, Menag Sebut Keragaman Adalah Kekayaan
Selasa, 16 November 2021 -
Merahputih.com - Tanggal 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional atau International Day of Tolerance. Peringatan ini didasarkan pada hasil kesepakatan dari Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 1995.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyebut, inti peringatan ini adalah merayakan keberagaman dan toleransi dalam wujud nyata. Termasuk untuk memastikan bahwa semua orang memahami pentingnya memberi ruang satu sama lain.
“Setiap kita perlu terus menumbuhkan kesadaran bahwa keragaman agama, bahasa, budaya, dan etnis bukanlah dalih untuk konflik, tetapi kekayaan umat manusia. Keragaman adalah kekayaan,” ujar Yaqut dalam keteranganya di Jakarta, Selasa (16/11).
Baca Juga
Dibanding Bikin Kontroversi, PAN Ingatkan Menag Kerja Tingkatkan Toleransi
Menurut Yaqut, keberagamaan adalah potensi bagi untuk saling mengenal dan berkolaborasi dalam kebaikan dan mewujudkan kemaslahatan bersama.
"Sebab, mereka yang bukan seiman adalah saudara dalam kemanusiaan,” sambungnya.
Kementerian Agama tengah berupaya melakukan penguatan moderasi beragama. Ada empat indikator dalam penguatan moderasi beragama. Yaitu komitmen kebangsaan, toleransi, anti-kekerasan, dan ramah terhadap tradisi.
Baca Juga
Gerindra Sebut Pernyataan Yaqut 'Kemenag Hadiah Negara untuk NU' Radikal
Moderasi Beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengimplementasikan esensi ajaran agama. Yang melindungi martabat kemanusiaan dan membangun kemaslahatan berlandaskan prinsip adil, berimbang dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan berbangsa.
“Moderasi beragama bukanlah upaya memoderasikan agama, melainkan memoderasi pemahaman dan pengamalan kita dalam beragama,” tegas Yaqut.
Baca Juga:
Kemenag Lobi Dubes Arab Saudi Soal Umrah
Yaqut berharap Aparatur Sipil Negara (ASN), utamanya di Kementerian Agama, bisa menjadi pelopor dalam penguatan moderasi beragama.
Ia juga mengajak para tokoh agama, akademisi, tokoh pemuda, dosen, guru, dan penyuluh agama, serta kalangan milenial untuk bersinergi dalam diseminasi dan gerakan meningkatkan toleransi antarumat melalui semua saluran.
"Perbedaan adalah fitrah," tutup Yaqut. (Knu)