Elon Musk Ungkap Dirinya Punya Sindrom Asperger, Apa Itu?
Selasa, 18 Mei 2021 -
ORANG terkaya di dunia sekaligus CEO Tesla Elon Musk beberapa waktu lalu mengungkapkan dirinya mengalami sindrom Asperger. Lalu, apa sih sebenarnya sindrom Asperger itu?
Mengutip Alodokter, sinderom Asperger adalah gangguan nerulogis atau saraf yang tergolong ke dalam gangguan spektrum autisme (ASD). Gangguan spektrum autisme atau yang lebih dikenal dengan penyakit autisme merupakan gangguan pada sistem saraf yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Sindrom ini bisa menyerang anak-anak dan bertahan hingga mereka dewasa. Meski belum ditemukan obatnya, sindrom Asperger yang terdiagnosis dan tertangani sejak dini bisa membantu penderitanya meningkatkan potensi dan kemampuan diri dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Gejala terbesar sindrom Asperger adalah minat obsesif pada suatu objek atau topik. Gejala lain sindrom ini bisa termasuk rutinitas yang berulang, keanehan saat berbicara dan berbahasa, perilaku yang tidak pantas secara sosial, dan canggung. Anak-anak dengan sindrom Asperger sering diisolasi karena keterampilan sosial yang buruk dan memiliki riwayat keterlambatan perkembangan.
Baca juga:

Apakah sindrom Asperger masih merupakan diagnosis?
Secara teknis, tidak. Edisi kelima Diagnostik dan Statistik Manual Gangguan Mental (DSM-5) menghapus Asperger pada 2013 dan memasukkannya ke dalam istila umum gangguan spektrum austime.
“DSM menggambarkan gangguan spektrum autisme ringan, sedang, atau parah, meskipun kriteri untuk membedakan di antara tiga tingkat ini agak kbaur dan belum divalidasi,” kata profesor David Mandell.
Orang yang mengalami sindrom Asperger sering kali mengalami diagnosis yang keliru dengan dianggap mengalami attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), yakni gangguan jangka panjang yang menyebabkan anak sulit berkonsentrasi dan hiperaktif.
Baca juga:

Ada beberapa alasan mengapa Asperger tidak lagi menjadi diagnosis, salah satunya sulit dibedakan dari autisme. Bahkan dokter yang sangat berpengalaman dan terampil tidak dapat menyetujui kasus ini.
Ada beberapa penanganan yang bisa diberikan, seperti terapi bahasa, bicara, dan sosialisasi. Mereka sebenarnya pandai dalam menguasai bahasa dan berbicara. Hanya saja kemampuan ini tidak mampu dilakukan kepada orang lain. Terapi ini mencoba untuk membiasakan penyitas berbicara kepada orang lain.
Selain itu juga bisa melakukan terapi fisik untuk melatih kekuatan anggota-anggota tubuh. Sejumlah latihan rutin yang bisa diterapkan adalah lari, melompat, naik-turun tangga, atau bersepeda. (and)
Baca juga: