Analis Sebut 2017 Tahun Politik Kebencian
Selasa, 26 Desember 2017 -
MerahPutih.com - Analis politik Exposit Strategic Arif Susanto menilai 2017 merupakan tahun yang paling banyak penyalahgunaan identitas untuk mengejar perolehan elektoral.
Dia menyebut, 2017 tahun politik kebencian lantaran maraknya penggunaan isu SARA sebagai alat untuk meraup dukungan massa.
"Tahun 2017 dapat disebut sebagai tahun politik kebencian karena maraknya penyalahgunaan perbedaan identitas sebagai instrumen demi pemenangan politik elektoral," kata Arif saat diskusi Tutup Tahun 2017, Jemput Tahun Politik 2018 di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (26/12).
Misalnya, Jakarta yang dijadikan "laboratorium" untuk menyalahgunakan keberagaman identitas untuk kepentingan politik.
"Akibatnya berdampak akumulasi kekuasaan pada level elite, namun pembelahan sosial pada level massa," terangnya.
Menurutnya, ketegangan politik pada level elite terus-menerus dipindahkan ke level massa. Sehingga, politik gagal menjadi sarana moderasi konflik, malah mempertajam konflik dengan menyeret serta massa dalam konflik perebutan kekuasaan yang sesungguhnya bersifat elitis.
"Wajah utama politik adalah tegangan kekuasaan dengan elite-elite politik sebagai subjeknya, sementara massa dipandang tak lebih daripada political spectator," terangnya.
Sehingga, jika pada 2018 kontestasi politik tidak dapat diminimalisir kemungkinan kerawanan konflik sulit dihindarkan.
"Pada 2018, kontestasi politik akan menjadi tantangan sosial terbesar mengingat keterlibatan 171 daerah dalam pilkada serentak dan besarnya makna strategis Pilkada tersebut sebagai pemanasan politik menuju Pemilu 2019," ucap dia. (Fdi)
Baca juga berita lainnya dalam artikel: 5 Statement Tokoh Paling Kontroversial di Tahun 2017