Alasan Ahli Mengapa Larangan Mudik Sangat Tepat
Sabtu, 01 Mei 2021 -
SEPERTI tahun lalu, mudik dilarang selama Hari Raya Idul Fitri. Tak heran jika tradisi tahunan ini menjadi perbincangan hangat di berbagai kalangan. Banyak yang mempertanyakan aturan tersebut lantaran proses vaksinasi telah berjalan.
Namun, pidemiolog dari Universitas Hasanuddin Makassar, Prof. Dr. Ridwan Amiruddin memberikan alasan logis tentang larangan mudik. Menurutnya, Indonesia harus belajar dari gelombang COVID-19 yang terjadi di India. Di sana masyarakatnya tak mematuhi protokol kesehatan dan banyak kerumunan. Hal itu mengakibatkan penyebaran COVID-19 terjadi secara masif.
Baca juga:
"Di India itu ada faktor utamanya pemilukada, perayaan agama, pelonggaran protokol kesehatan, euforia vaksin, orang desa kembali ke kota untuk bisnis dan institusi yang tidak melaksanakan protokol kesehatan ditambah lagi dengan mutasi virus," kata Prof. Ridwan dalam webinar "Kontroversi Mudik Lebaran Saat COVID-19 Belum Pensiun", seperti dilansir Antara, Sabtu (1/5).

Lebih lanjut, ia juga menjelaskan Indonesia jauh dari kata aman terhadap virus Corona. Karena angka positif rate-nya masih di atas 10 persen, yang artinya virusnya masih liar.
Dengan pelarangan mudik, maka diharapkan bisa mengendalikan penyebaran COVID-19, terutama bagi orang tak bergejala. "Pelarangan mudik itu prinsip dasarnya adalah mengurai kerumunan. Jadi semakin tinggi kerumunan di ruang tertutup maka transmisinya akan makin meningkat," katanya.
Baca juga:
Ketika Nama Orang Tua Jadi Panggilan Akrab di Tongkrongan
Ketika mudik, kendaraan akan dipenuhi rmbongan keluarga, dimana protokol kesehatan sulit diterapkan. Kemudian ketika sampai ke tujuan, orang dari kota bisa saja membawa virus pada tubuh mereka dan meninggalkannya ketika kembali ke tempat asal.
Durasi perjalanan juga menjadi faktor lain. Jika perjalanan lama, kemungkinan terpapar akan lebih tinggi, apalagi jika alat transportasinya tidak didukung dengan sistem penyaring dan pembersih udara yang baik.

"Lalu kebersihan makanan, transmisi ini bisa terjadi karena pada proses makan bersama. Hasil studi menunjukkan bahwa penularan terjadi pada saat proses santap bersama, penggunaan sendok bersamaan, penggunaan alat-alat makan bersama itu adalah pemicu," tutur Prof. Ridwan.
"Perilaku pemudik, kalau sudah kelelahan tidak mungkin protokol kesehatan jalan, kondisi lingkungan tidak memungkinkan mereka mengikuti protokol kesehatan, ruangannya yang padat, tertutup sehingga risiko pemaparan tinggi. Pada saat kelelahan kondisi imunitas menurun kemudian terpapar, ini baru risiko perjalanan," tambahnya. (Yni)
Baca juga: