Usaha Lain Terpuruk, 10 Perusahaan Ini Jadi Pemberi Dividen Terbesar


Ilustrasi pegerakan saham. (Foto: Antara).
MerahPutih.com - Krisis virus corona atau COVID-19, yang melanda dunia, bukan hanya berdampak pada kesehatan masyarakat. Namun, kinerja keuangan perusahaan dunia pun mengalami penurunan drastis.
Bahkan, pada tahun ini diprediksi hampir seluruh perusahaan global memangkas pembayaran dividen antara 17-23 persen tahun, yang diperkirakan mencapai 400 miliar dolar AS,
Dilansir dari Antara, Fund Manager Janus Henderson menegaskan, kondisi ini, menjadi yang terburuk sejak 2009. Hampir semua perusahaan diberbagai kawasan mengalami penurunan pembayaran, kecuali Kanada.
"Di seluruh dunia, 27 persen perusahaan memotong dividen mereka, sementara Eropa yang terkena dampak paling parahm lebih dari setengahnya melakukannya dan dua pertiga dari mereka membatalkannya secara langsung," tulis Janus Henderson dalam laporan yang diterbitkan pada Senin (24/8).
Baca Juga:
Melihat Potret Kehidupan Selama Pandemi COVID-19 di Museum Jepang
Tahun 2020, menurutnya, akan menjadi hasil terburuk untuk dividen global sejak krisis keuangan global, dividen global utama turun 17 persen dalam skenario atau dengan skenario terbaik membayar 1,18 triliun dolar AS dan skenario terburuk jatuh 23 persen atau hanya 1,10 triliun dolar AS.
Berbagai sektor yang mengalami penurunan diantaranya perbankan, yang menyumbang setengah dari pengurangan atau 45 persen penurunan dividen kuartal kedua Eropa menjadi 77 miliar dolar AS.
Lalu, perusahaan minyak yag terpukul parah oleh kemerosotan harga komoditas, perusahaan consumer discretionary akibat penguncian pemerintah juga. Namun, dividen perusahaan teknologi dan telekomunikasi dan perawatan kesehatan relatif tidak terpengaruh, atau naik 1,8 persen dan 0,1 persen pada basis yang mendasarinya.

Ketahanan teknologi besar telah membantu Microsoft dan Apple masuk ke dalam jajaran sepuluh besar pembayar dividen dunia untuk pertama kalinya tahun ini. Daftar itu masih dipuncaki oleh Nestle, diikuti oleh Rio Tinto, dan China Mobile Limited. Berikutnya, Allianz SE, Sanofi, Microsoft Corporation, AT&T Inc, Exxon Mobil Corp, Toyota Motor Corporation, dan Apple Inc.
"Mungkin kita akan melihat peningkatan dari beberapa bagian di sektor teknologi. Ada banyak neraca yang sangat kuat di area itu," Ujar Kepala Pendapatan Ekuitas Global Janus Henderson, Ben Lofthouse.
Baca Juga:
Indonesia Urutan Ke-23 Dunia Sebaran Kasus COVID-19
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Banyak ‘Rojali’ di Mal, Kelas Menengah Pilih Barang Lebih Murah di E-Commerce demi Bisa Investasi

Guru Besar UI: Perang Iran - Israel Bisa Picu Krisis Ekonomi di Indonesia

Sidang Ekonomi PUIC-19, DPR Dukung Pemberdayaan Pemuda, Perlindungan Lingkungan, dan Konservasi Air

Luhut Sebut Wajar Terjadi Penurunan Ekonomi, Minta Tidak Saling Menyalahkan

Komisi XI DPR: Pertumbuhan Melambat, Pemerintah Harus Segera Koreksi Arah

Sekjen Gerindra Sebut Megawati Ajarkan Prabowo soal Pemulihan Ekonomi

Tsunami Tarif AS Mengancam Ekspor, DPR RI Desak Pemerintah Selamatkan Ekonomi Nasional!

Pemerintah Didesak Percepat Stimulus untuk Meredam Dampak Gejolak Ekonomi

Pemerintahan Prabowo-Gibran Diminta Manfaatkan Momentum Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Prabowo Diharap Bawa Peringkat Ekonomi Indonesia 'Meroket'
