Banyak ‘Rojali’ di Mal, Kelas Menengah Pilih Barang Lebih Murah di E-Commerce demi Bisa Investasi

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Kamis, 24 Juli 2025
Banyak ‘Rojali’ di Mal, Kelas Menengah Pilih Barang Lebih Murah di E-Commerce demi Bisa Investasi

Ilustrasi toko pusat perbelanjaan. (foto: dok/UNIQLO)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Sejumlah pusat perbelanjaan tengah ramai dengan fenomena rombongan jarang beli alias 'Rojali'. Fenomena ini terlihat dari banyaknya pengunjung mall tapi tak melakukan transaksi apa-apa.

“Fenomena Rojali adalah ekspresi sosial dari melemahnya daya beli masyarakat,” ujar pengamat ekonomi Handi Risza dalam keterangannya, Kamis (24/7).

Menurutnya, fenomena ini bukan sekadar tren sosial, melainkan gejala struktural ekonomi yang mengkhawatirkan.

"Harga barang yang terus naik, penghasilan yang stagnan, dan pergeseran konsumsi ke kebutuhan pokok, pendidikan, kesehatan, serta transportasi menjadi pemicu utama,” ujar Handi.

“Bahkan, kelompok kelas atas kini mulai menahan belanja dan lebih fokus pada investasi untuk menjaga konsumsi masa depan," terang Handi.

Baca juga:

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nasional Melorot, Pemerintah Berkelit karena Situasi Global

Tren ini, menurut Handi, turut diperparah oleh kondisi deflasi pada awal tahun 2025 yang justru mencerminkan penurunan konsumsi, bukan perbaikan harga.

Di sisi lain, masyarakat kelas menengah yang selama ini menjadi penggerak konsumsi nasional mulai tergerus.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah kelas menengah menyusut dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta pada 2024—penurunan sebesar 9,48 juta dalam lima tahun terakhir.

"Ini alarm serius. Jika kelas menengah terus menyusut, efek domino ke sektor ritel, properti, hingga UMKM akan sangat besar,” ujar Handi yang juga Ketua DPP PKS Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri ini.

Handi juga menyoroti peran e-commerce dalam mengubah pola konsumsi masyarakat. Banyak yang hanya window shopping di mal, lalu belanja online karena lebih murah.

“Tapi ini tidak serta-merta menunjukkan daya beli kuat, karena data penerimaan PPN dan PPnBM hingga Juni 2025 justru menurun. Artinya, belanja masyarakat melemah di semua kanalnbaik offline maupun online," ujar Handi.

Baca juga:

Begini Asumsi dan Target Kondisi Ekonomi Indonesia di 2026 Hasil Kesepakatan Pemerintah dan DPR

Melihat tren tersebut, ia memperkirakan tekanan terhadap sektor ritel akan berlanjut hingga akhir 2025.

Kombinasi antara daya beli yang lesu dan pergeseran konsumsi digital membuat pusat-pusat perbelanjaan sulit bangkit dalam waktu dekat.

PKS mendorong Pemerintah mengambil langkah antisipatif yang terukur dan berbasis kelas sosial.

“Untuk kelas bawah, program bantuan sosial seperti Raskin dan BLT harus dipertahankan. Tapi untuk kelas menengah, perlu ada insentif langsung berupa subsidi transportasi, tol, BBM, hingga listrik,” tutur Handi.

Dia menganggap, Pemerintah tidak bisa lagi hanya fokus pada bantuan sosial untuk kelompok miskin semata.

“Namun juga harus hadir untuk kelas menengah yang rentan,” tegasnya. (Knu)

#Ekonomi #Krisis Ekonomi #Pertumbuhan Ekonomi
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
Duit Rp 200 Triliun Harus Dinikmati UMKM
Agar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbenah diri supaya akses kredit yang disiapkan pemerintah tidak sia-sia.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 16 September 2025
Duit Rp 200 Triliun Harus Dinikmati UMKM
Indonesia
Paket Stimulus Ekonomi 8+4+5 Yang Diklaim Bakal Serap Tenaga Kerja dan Beri Jaminan Kontrak Kerja
paket stimulus ekonomi ini merupakan jawaban atas tuntutan masyarakat, terutama terkait penyediaan lapangan kerja berkualitas, sekaligus jaminan bagi pekerja lepas tanpa kontrak kerja (gig worker).
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 16 September 2025
Paket Stimulus Ekonomi 8+4+5 Yang Diklaim Bakal Serap Tenaga Kerja dan Beri Jaminan Kontrak Kerja
Indonesia
PCO Ungkap Strategi Ampuh Lewat Paket Ekonomi 2025 untuk Melindungi 'Gig Worker
Paket stimulus ini juga dirancang untuk menjaga daya beli masy
Angga Yudha Pratama - Selasa, 16 September 2025
PCO Ungkap Strategi Ampuh Lewat Paket Ekonomi 2025 untuk Melindungi 'Gig Worker
Indonesia
Prabowo Luncurkan Program Akselerasi Pembangunan: Sarjana Bakal ‘Magang’ di Sektor Industri hingga Memulai Pengembangan Ekosistem Gig Economy
Menko Airlangga Hartarto sebut program magang bagi lulusan perguruan tinggi akan dilakukan pertama.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 15 September 2025
Prabowo Luncurkan Program Akselerasi Pembangunan: Sarjana Bakal ‘Magang’ di Sektor Industri hingga Memulai Pengembangan Ekosistem Gig Economy
Berita
Revisi RKP 2025: Target Ekonomi Baru dan Strategi Penerimaan Negara
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto resmi merevisi Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2025 melalui Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2025.
ImanK - Senin, 15 September 2025
Revisi RKP 2025: Target Ekonomi Baru dan Strategi Penerimaan Negara
Indonesia
Daftar Stimulus Baru Yang Disiapkan Bagi Rakyat, Termasuk Buat Pengemudi Ojol
Mekanisme teknis tengah disiapkan agar sebagian iuran pekerja dapat ditanggung negara.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 12 September 2025
Daftar Stimulus Baru Yang Disiapkan Bagi Rakyat, Termasuk Buat Pengemudi Ojol
Indonesia
Tanggapi Ucapan Kontroversial Menkeu Purbaya soal Tuntutan Publik, Ekonom: Demonstrasi Bukan Sekadar Masalah Perut
Ekonom sebut Menkeu Purbaya menyederhanakan persoalan kompleks.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 09 September 2025
Tanggapi Ucapan Kontroversial Menkeu Purbaya soal Tuntutan Publik, Ekonom: Demonstrasi Bukan Sekadar Masalah Perut
Indonesia
Ekonom Sebut Indonesia Belum Berada di Situasi Krisis Ekonomi, Ingatkan Risiko Burden Sharing Bisa Sebabkan Hyperinflasi seperti Era Soekarno
Langkah Bank Indonesia (BI)- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk melakukan burden sharing dengan membeli surat berharga negara (SBN) mendapatkan sorotan tajam
Frengky Aruan - Sabtu, 06 September 2025
Ekonom Sebut Indonesia Belum Berada di Situasi Krisis Ekonomi, Ingatkan Risiko Burden Sharing Bisa Sebabkan Hyperinflasi seperti Era Soekarno
Indonesia
Omzet Mal Anjlok Imbas Demo di Jakarta, Pemprov DKI Segera Lakukan Langkah ini
Omzet mal anjlok akibat demo yang terjadi di Jakarta. KADIN dan APPBI pun mendorong pemerintah untuk mengatasi kondisi tersebut.
Soffi Amira - Kamis, 04 September 2025
Omzet Mal Anjlok Imbas Demo di Jakarta, Pemprov DKI Segera Lakukan Langkah ini
Indonesia
Langkah Konkret Yang Bisa Diambil Pemerintah Saat Rakyat Demo, Salah Satunya Turunkan Pajak Jadi 8 Persen
Bhima menilai pemerintah juga perlu membentuk tim independen untuk memenuhi aspirasi dan tuntutan masyarakat,
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 02 September 2025
Langkah Konkret Yang Bisa Diambil Pemerintah Saat Rakyat Demo, Salah Satunya Turunkan Pajak Jadi 8 Persen
Bagikan