Selain COVID-19 Penyakit Mematikan ini banyak Terjadi di Indonesia


Penyakit kardiovaskular yang perlu penanganan segera. (Foto: Pexels/cottonbro)
COVID-19 bukanlah satu-satunya penyakit yang meneror Indonesia. Ada penyakit lain yang tidak kalah bahaya dan mengancam nyawa. Penyakit tersebut adalah kardiovaskular.
Menurut estimasi WHO, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia pada tahun 2016, yakni 35% dari seluruh kematian. Salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit kardiovaskular adalah dislipidemia. Faktor risiko lain seperti diabetes melitus, obesitas dan hipertensi
Baca Juga:

“Pengelolaan Dislipidemia memerlukan strategi yang komprehensif yang tidak hanya mengendalikan kadar lipid namun juga faktor metabolik lainnya seperti hipertensi, diabetes dan obesitas," tegas Dokter spesialis penyakit dalam, Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, KEMD.
Lebih lanjut ia menjelaskan pengobatan tepat untuk terapi non farmakologis seperti aktivitas fisik, nutrisi yang tepat, penurunan berat badan, dan berhenti merokok. Sementara terapi farmakologis melalui obat anti lipid.
Tri menjelaskan ada berbagai faktor yang menyebabkan displidemia. Itu dikategorikan menjadi primer dan sekunder. "Penyebab utama dislipidemia primer adalah terjadinya mutasi gen yang menyebabkan tubuh memproduksi terlalu banyak kolesterol LDL atau trigliserida," urainya.
Kadar kolesterol dan trigliserida tertinggi pada orang dengan dislipidemia primer dapat mengganggu metabolisme tubuh dan eliminasi lipid. Penyebab utama cenderung diwariskan atau diturunkan dalam keluarga.
Baca Juga:

Penyebab sekunder yang paling utama dari dislipidemia adalah kurang aktivitas fisik dan asupan makanan yang berlebihan dari total kalori, lemak jenuh, kolesterol, dan lemak. "Beberapa penyebab sekunder umum lainnya yaitu, menderita dabetes mellitus, mengonsumsi alkohol, penyakit ginjal kronik, hipotiroid, sorosis billier, mengonsumsi obat-obatan tertentu," jelas Tri.
Lalu bagaimanakah kita mendeteksi dislipidemia? Dislipidemia biasanya diketahui ketika seseorang menjalani pemeriksaan rutin untuk darah dan kondisi lainnya. Manifestasi klinis yang timbul biasanya adalah gejala komplikasi dari dislipidemia itu sendiri seperti penyakit jantung koroner atau stroke. Pada kasus kadar trigliserida yang sangat tinggi, dapat terjadi pankreatitis akut, hepatosplenomegali, parastesia, rasa sesak napas dan gangguan kesadaran, serta merubah warna pembuluh darah retina menjadi krem (lipidemia retinalis) dan warna plasma darah seperti susu.
Pada jondisi kadar LDL yang sangat tinggi hiperkolesterolemia familial, dapat muncul arkus kornea, zantelasma pada kelopak mata dan xantoma pada daerah tendon achiles, siku dan lutut.
Penapisan dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari faktor resiko kardiovaskular. Pemeriksaan laboratorium yang disarankan terdiri dari kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan kolesterol HDL. (avia)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga

Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak

Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas

Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
