Kesehatan

Selain COVID-19 Penyakit Mematikan ini banyak Terjadi di Indonesia

P Suryo RP Suryo R - Rabu, 18 Agustus 2021
Selain COVID-19 Penyakit Mematikan ini banyak Terjadi di Indonesia

Penyakit kardiovaskular yang perlu penanganan segera. (Foto: Pexels/cottonbro)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

COVID-19 bukanlah satu-satunya penyakit yang meneror Indonesia. Ada penyakit lain yang tidak kalah bahaya dan mengancam nyawa. Penyakit tersebut adalah kardiovaskular.

Menurut estimasi WHO, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia pada tahun 2016, yakni 35% dari seluruh kematian. Salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit kardiovaskular adalah dislipidemia. Faktor risiko lain seperti diabetes melitus, obesitas dan hipertensi

Baca Juga:

Mengenal Virus Marburg yang Mirip Ebola

sakit
Pengelolaan Dislipidemia memerlukan strategi yang komprehensif. (Foto: Pexels/Gerd Altmann)


“Pengelolaan Dislipidemia memerlukan strategi yang komprehensif yang tidak hanya mengendalikan kadar lipid namun juga faktor metabolik lainnya seperti hipertensi, diabetes dan obesitas," tegas Dokter spesialis penyakit dalam, Dr. dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, KEMD.

Lebih lanjut ia menjelaskan pengobatan tepat untuk terapi non farmakologis seperti aktivitas fisik, nutrisi yang tepat, penurunan berat badan, dan berhenti merokok. Sementara terapi farmakologis melalui obat anti lipid.

Tri menjelaskan ada berbagai faktor yang menyebabkan displidemia. Itu dikategorikan menjadi primer dan sekunder. "Penyebab utama dislipidemia primer adalah terjadinya mutasi gen yang menyebabkan tubuh memproduksi terlalu banyak kolesterol LDL atau trigliserida," urainya.

Kadar kolesterol dan trigliserida tertinggi pada orang dengan dislipidemia primer dapat mengganggu metabolisme tubuh dan eliminasi lipid. Penyebab utama cenderung diwariskan atau diturunkan dalam keluarga.

Baca Juga:

Microwave Peralatan Paling Tak Sehat di Dapur

sakit
Penyebab disiplidemia salah satunya adalah kurang aktivitas fisik. (Foto: Pexels/Anna Shvets)

Penyebab sekunder yang paling utama dari dislipidemia adalah kurang aktivitas fisik dan asupan makanan yang berlebihan dari total kalori, lemak jenuh, kolesterol, dan lemak. "Beberapa penyebab sekunder umum lainnya yaitu, menderita dabetes mellitus, mengonsumsi alkohol, penyakit ginjal kronik, hipotiroid, sorosis billier, mengonsumsi obat-obatan tertentu," jelas Tri.

Lalu bagaimanakah kita mendeteksi dislipidemia? Dislipidemia biasanya diketahui ketika seseorang menjalani pemeriksaan rutin untuk darah dan kondisi lainnya. Manifestasi klinis yang timbul biasanya adalah gejala komplikasi dari dislipidemia itu sendiri seperti penyakit jantung koroner atau stroke. Pada kasus kadar trigliserida yang sangat tinggi, dapat terjadi pankreatitis akut, hepatosplenomegali, parastesia, rasa sesak napas dan gangguan kesadaran, serta merubah warna pembuluh darah retina menjadi krem (lipidemia retinalis) dan warna plasma darah seperti susu.

Pada jondisi kadar LDL yang sangat tinggi hiperkolesterolemia familial, dapat muncul arkus kornea, zantelasma pada kelopak mata dan xantoma pada daerah tendon achiles, siku dan lutut.

Penapisan dilakukan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan untuk mencari faktor resiko kardiovaskular. Pemeriksaan laboratorium yang disarankan terdiri dari kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan kolesterol HDL. (avia)

Baca Juga:

Sembelit Gejala COVID-19?

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Bagikan