Kesehatan

Sakit Telinga Gejala COVID-19?

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Jumat, 10 September 2021
Sakit Telinga Gejala COVID-19?

Ada penderita COVID-19 yang mengalami sakit telinga. (Foto: Unsplash/Jessica Flavia)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

HAMPIR dua tahun pandemi melanda, kamu pasti tahu tanda dan gejala umum COVID-19: demam, kedinginan, kelelahan, nyeri tubuh, kehilangan rasa atau penciuman.

Beberapa penderita COVID-19 juga diketahui memiliki gangguan pada sistem pernapasan, pilek, sakit tenggorokan, diare, sembelit, hingga mual. Namun, apakah ada gejala lain COVID-19 yang belum kita ketahui?

Baca Juga:

Sembelit Gejala COVID-19?

Mengutip Health, varian Delta dari COVID-19 saat ini melanda AS. Selain itu, 99,1 persen dari semua kasus COVID-19 di AS, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) ada yang mengalami gejala tidak umum, salah satunya sakit telinga.

Ketahui kenapa sakit telinga menjadi gejala COVID-19. (Foto: pexels/armin Rimoldi )

WFLA memberitakan pelatih tim American Football Tennessee Titans Mike Vrabel mengalami sakit telinga setelah didiagnosis positif COVID-19. "Pagi ini saya bangun dengan sakit tenggorokan dan sakit telinga, jadi saya pergi dan dites," katanya.

Amesh A. Adalja , MD, seorang sarjana senior di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health's Center for Health Security, mengatakan sakit telinga bukan gejala umum COVID-19. Tetapi tidak menutup kemungkinan gejala ini dirasakan beberapa orang. "Banyak infeksi pernapasan, terutama yang menyebabkan sakit tenggorokan, terkadang juga bisa menyebabkan sakit telinga," katanya

Baca Juga:

Pahami Ciri Gejala COVID-19 yang Memburuk

Menurut Ellen Wald, MD, seorang dokter penyakit menular di UWHealth di Madison, Wisconsin, sakit telinga terjadi selama infeksi pernapasan karena hubungan antara saluran hidung dan telinga. Ada saluran eustachius yang menghubungkan telinga dan bagian belakang tenggorokan. Biasanya kata Dr. Wald, saluran itu membuat udara masuk ke telinga dan mengalirkan cairan dari telinga.

Anak-anak paling mudah untuk terkena gejala sakit telinga. (Foto: Pexels/cottonbro)

Jadi Ketika seseorang mengalami infeksi saluran pernapasan karena COVID-19, saluran hidung dapat mengalirkan lendir ke tenggorokan. Kemudian tenggorokan dapat mengirim cairan naik ke saluran eustachius. Jika saluran ini tersumbat, maka akan mengganggu kemampuan telinga untuk mengalirkan cairan yang menimbulkan rasa sakit pada organ pendengaran ini.

Sakit telinga bisa dialami siapapun yang memiliki gangguan pernapasan. Tetapi Dr. Wald mengatakan itu sangat umum terjadi pada anak kecil, yang saluran eustachiusnya lebih kecil dan lebih mudah tersumbat. (jhn)

Baca Juga:

Ilmuwan: tak hanya Delta, Varian COVID-19 Lain Juga Mengkhawatirkan

#Kesehatan #COVID-19
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Bagikan