Sains

Perubahan Iklim Berujung Hilangnya Greenland

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Rabu, 23 Juni 2021
Perubahan Iklim Berujung Hilangnya Greenland

Mencairnya es pada Greenland. (Foto: Pexels/Mikhail Nilov)

Ukuran:
14
Audio:

PERUBAHAN iklim di dunia cukup sering dibahas dan menjadi isu yang selalu menghantui makhluk bumi terutama manusia. Jika dihitung mungkin bisa mencapai ratusan atau bahkan ribuan kasus tentang iklim yang pernah terjadi. Meskipun begitu, masih banyak yang menganggap perubahan iklim sebagai hal sepele.

Dilansir dari Knowledge Center, perubahan iklim biasanya terjadi karena meningkatnya konsentrasi gas karbon dioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer yang menyebabkan efek gas rumah kaca.

Baca juga:

Greenland Kehilangan 600 Miliar Ton Es Dalam 2 Bulan

Hampir semua kegiatan manusia pada saat ini seperti sebagian besar perekonomian kita bertumpu pada bahan bakar fosil. Minyak batu bara dan minyak gas alam yang menggerakkan sebagian besar sektor transportasi dan listrik merupakan bahan bakar fosil. Hal inilah yang menghasilkan efek gas rumah kaca.

Menurut data tingkat penyebaran polusi terbesar di dunia oleh WHO, Indonesia menduduki urutan ke-11 dengan menghasilkan polusi sebanyak 42,01 ug/m3.


Dalam film dokumenter National Geographic yang berjudul Before The Flood, dijelaskan sapi sebagai rantai makanan dianggap sebagai penghasil efek gas rumah kaca terbesar. Sapi menghasilkan metana dan metana adalah efek gas rumah kaca yang kuat.

Sapi biasanya menghasilkan metana dengan cara mengonsumsi makanan sebanyak yang mereka bisa dan saat mereka mengunyah itulah sejumlah besar metana terproduksi dan keluar dari mulut ke atmosfer. Hal ini menyebabkan banyaknya veganisme yang mendukung orang-orang untuk mengurangi konsumsi daging sapi.

Dalam wawancara di film tersebut bersama Leonardo Di Caprio, Wali Kota Miami, Philip Levine mengatakan jika kota berada di bawah air, maka tidak akan ada masa depan. Untuk menghindari kemungkinan terburuk akibat air laut yang terus naik, dilakukan pencegahan dengan membangun pompa listrik dan penaikan jalan. Proyek tersebut menghabiskan sekitar USD 400 dan diperkirakan hanya dapat bertahan selama 40-50 tahun ke depan.

Baca juga:

Greenland Memiliki Grand Canyon di Bawah Lapisan Esnya

Sebagai Duta Perdamaian PBB, Leonardo Di Caprio mendatangi salah satu dari ratusan pulau di dataran tinggi Arktik Kanada, yaitu ujung utara pulau Baffin yang terletak jauh di atas lingkaran arktik. Di Caprio melihat secara langsung sebagaimana es pada kutub meleleh dan menghilang menjadi air laut. Dalam kurun waktu lima tahun saja ratusan kilometer kubik es mencair.

Leonardo Di Caprio dan Dr. Enric Sala saat mengunjungi pulai Baffin. (Foto: YouTube/National Geographic)

"Pada tahun 2040 kita akan dapat berlayar di atas kutub utara, tidak akan ada es laut yang tersisa di samudra arktik. Musim panas kita membakar begitu banyak bahan bakar fosil sehingga es mencair," kata DR. Enric Sala, National Geographic Explorer.

Ia juga mengungkapkan Arktik berperan seperti penyejuk udara untuk belahan bumi utara. Jika lenyap maka hal tersebut akan mengubah arus yang akan mengubah pola cuaca, sehingga akan mengakibatkan banjir dan kekeringan.

Prof. Jason E. Box, seorang Climatologist dalam Geological survey of Denmark and Greenland mengatakan para ilmuwan terus menemukan hal-hal yang tidak ada dalam model iklim. Hal ini membuat mereka terbiasa memproyeksikan masa depan. Menurut mereka, jika iklim tetap dalam suhu seperti ini dalam beberapa dekade terakhir, maka greenland akan menghilang. (tel)

Baca juga:

Menakjubkan, inilah Gambar Terbaik Bumi dari Angkasa Luar

#Sains #Greenland
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Dunia
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Stuart Semple klaim ciptakan warna cat baru hasil eksperimen ilmiah.
Hendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 26 April 2025
Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo
Fun
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Ilmuwan temukan warna ‘olo’ — biru-hijau super pekat yang hanya terlihat dengan teknologi laser Oz.
Hendaru Tri Hanggoro - Senin, 21 April 2025
Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
Bagikan