Perubahan Iklim Berujung Hilangnya Greenland


Mencairnya es pada Greenland. (Foto: Pexels/Mikhail Nilov)
PERUBAHAN iklim di dunia cukup sering dibahas dan menjadi isu yang selalu menghantui makhluk bumi terutama manusia. Jika dihitung mungkin bisa mencapai ratusan atau bahkan ribuan kasus tentang iklim yang pernah terjadi. Meskipun begitu, masih banyak yang menganggap perubahan iklim sebagai hal sepele.
Dilansir dari Knowledge Center, perubahan iklim biasanya terjadi karena meningkatnya konsentrasi gas karbon dioksida dan gas-gas lainnya di atmosfer yang menyebabkan efek gas rumah kaca.
Baca juga:
Hampir semua kegiatan manusia pada saat ini seperti sebagian besar perekonomian kita bertumpu pada bahan bakar fosil. Minyak batu bara dan minyak gas alam yang menggerakkan sebagian besar sektor transportasi dan listrik merupakan bahan bakar fosil. Hal inilah yang menghasilkan efek gas rumah kaca.
Menurut data tingkat penyebaran polusi terbesar di dunia oleh WHO, Indonesia menduduki urutan ke-11 dengan menghasilkan polusi sebanyak 42,01 ug/m3.
Dalam film dokumenter National Geographic yang berjudul Before The Flood, dijelaskan sapi sebagai rantai makanan dianggap sebagai penghasil efek gas rumah kaca terbesar. Sapi menghasilkan metana dan metana adalah efek gas rumah kaca yang kuat.
Sapi biasanya menghasilkan metana dengan cara mengonsumsi makanan sebanyak yang mereka bisa dan saat mereka mengunyah itulah sejumlah besar metana terproduksi dan keluar dari mulut ke atmosfer. Hal ini menyebabkan banyaknya veganisme yang mendukung orang-orang untuk mengurangi konsumsi daging sapi.
Dalam wawancara di film tersebut bersama Leonardo Di Caprio, Wali Kota Miami, Philip Levine mengatakan jika kota berada di bawah air, maka tidak akan ada masa depan. Untuk menghindari kemungkinan terburuk akibat air laut yang terus naik, dilakukan pencegahan dengan membangun pompa listrik dan penaikan jalan. Proyek tersebut menghabiskan sekitar USD 400 dan diperkirakan hanya dapat bertahan selama 40-50 tahun ke depan.
Baca juga:
Sebagai Duta Perdamaian PBB, Leonardo Di Caprio mendatangi salah satu dari ratusan pulau di dataran tinggi Arktik Kanada, yaitu ujung utara pulau Baffin yang terletak jauh di atas lingkaran arktik. Di Caprio melihat secara langsung sebagaimana es pada kutub meleleh dan menghilang menjadi air laut. Dalam kurun waktu lima tahun saja ratusan kilometer kubik es mencair.

"Pada tahun 2040 kita akan dapat berlayar di atas kutub utara, tidak akan ada es laut yang tersisa di samudra arktik. Musim panas kita membakar begitu banyak bahan bakar fosil sehingga es mencair," kata DR. Enric Sala, National Geographic Explorer.
Ia juga mengungkapkan Arktik berperan seperti penyejuk udara untuk belahan bumi utara. Jika lenyap maka hal tersebut akan mengubah arus yang akan mengubah pola cuaca, sehingga akan mengakibatkan banjir dan kekeringan.
Prof. Jason E. Box, seorang Climatologist dalam Geological survey of Denmark and Greenland mengatakan para ilmuwan terus menemukan hal-hal yang tidak ada dalam model iklim. Hal ini membuat mereka terbiasa memproyeksikan masa depan. Menurut mereka, jika iklim tetap dalam suhu seperti ini dalam beberapa dekade terakhir, maka greenland akan menghilang. (tel)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Seniman Tak Mau Kalah dari Ilmuwan yang Temukan Olo, Ciptakan Warna Baru yang Disebut Yolo

Ilmuwan Klaim Temukan Warna Baru yang Disebut Olo, Dianggap Bisa Bantu Penyandang Buta Warna
