Pabrik Ini Mengubah CO2 dari Udara Menjadi Batu


Polusi udara telah menjadi masalah serius di dunia (Foto: Unsplash/Callum Shaw)
POLUSI dan kualitas udara yang buruk di beberapa bagian negara telah merusak kondisi dunia dan mempercepat terjadinya perubahan iklim. Hal ini tentunya menjadi perhatian beberapa negara sejak lama dan sebenarnya sudah banyak usaha yang dilakukan. Namun, meningkatnya pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi setiap tahun membuat masalah tersebut belum bisa terselesaikan.
Pemerintah dan berbagai organisasi telah mencari cara untuk menyelamatkan bumi, mengingat adanya slogan “There is no Planet B” sehingga satu-satunya cara menyelamatkan masa depan generasi selanjutnya adalah memperbaiki kerusakan bukan dengan melarikan diri dan mencari tempat hidup baru.
Baca juga:
Salah satu inovasi yang diketahui saat ini adalah kehadiran pabrik terbesar di dunia yang sengaja dirancang untuk menyedot karbondioksida dari udara dan kemudian mengubahnya menjadi batu. Pabrik ini sudah mulai melakukan pekerjaannya pada 8 September 2021.
Mengutip dari The Star, pabrik ini bernama Orca yang diambil dari kata Islandia "orka" yang berarti "energi". Pabrik ini juga terdiri dari empat unit yang masing-masingnya terdiri dari dua kotak logam. Bentuknya hampir mirip dengan wadah yang digunakan untuk transportasi maritim.
Baca juga:
Dibangun oleh Climeworks Swiss dan Carbfix Islandia, ketika beroperasi secara maksimal, pabrik akan menarik 4.000 ton karbondioksida (CO2) yang keluar dari udara setiap tahunnya. Menurut Badan Perlindungan Lingkungan AS (EPA), hal ini setara dengan menyerap emisi dari sekitar 870 mobil.

Dalam mengumpulkan karbondioksida, pabrik menggunakan kipas untuk menarik udara ke kolektor, yang memiliki bahan filter di dalamnya. Setelah bahan filter diisi dengan CO2, kolektor ditutup dan suhu dinaikkan untuk melepaskan CO2 dari bahan, setelah itu gas yang sangat terkonsentrasi dapat dikumpulkan. CO2 kemudian dicampur dengan air sebelum disuntikkan pada kedalaman 1.000 meter ke batu basal di dekatnya.
Para pendukung yang disebut penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) percaya teknologi ini dapat menjadi alat utama dalam memerangi perubahan iklim. Namun para kritikus berpendapat bahwa teknologi ini masih bisa dikatakan sangat mahal dan mungkin memakan waktu puluhan tahun untuk beroperasi dalam skala besar. (Tel)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pagi Ini Kualitas Udara Jakarta Terburuk Kedua di Dunia, Nomor 1 Kota di Afrika

Jakarta Susun Mitigasi Kurangi Emisi GRK 30 Persen hingga 2030

Pagi ini, Kualitas Udara di Jakarta Terburuk Kedua di Dunia

Ketika Udara Bersih Menjadi Kebutuhan: Solusi Praktis untuk Lingkungan Sehat di Rumah

4 Hari Berturut Kualitas Udara Jakarta Masuk 4 Besar Kota Terburuk di Dunia

Udara Jakarta Terburuk Kedua Dunia Setelah Kemarin Nomor 4, Warga Diimbau Pakai Masker

Hari Ini Kualitas Udara Jakarta Terburuk ke-4 Dunia, Nomor 1 Kinshasa

Menteri LH: Kendaraan Berat Tak Lolos Uji Emisi Kena Sanksi

Pemprov DKI Libatkan Daerah Aglomerasi untuk Atasi Polusi Udara Jakarta

Jakarta Dihantam Polusi Terburuk Ketiga Dunia pada Selasa (15/7), Warga Diminta Pakai Masker Saat di Luar Ruangan
