Udara Jakarta Lebih Berbahaya 10 Kali Lipat dari Batas WHO pada Jumat (31/10), Ini Tips Bertahan Hidup dari Dinkes
 
                Ilustrasi polusi udara. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc/am.)
Merahputih.com - Kualitas udara Kota Jakarta pada Jumat (31/10) pagi tercatat tidak sehat bagi kelompok sensitif. Dikutip dari laman IQAir pada pukul 05.00 WIB, kelompok ini sangat disarankan untuk mengenakan masker saat harus berada di luar rumah.
IQAir mencatat kualitas udara Jakarta berada pada poin 142 dengan tingkat konsentrasi polutan PM 2,5 sebesar 52 mikrogram per meter kubik atau 10,4 lebih tinggi nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca juga:
PM 2,5 adalah partikel halus berukuran kurang dari 2,5 mikrometer (mikron), yang terdiri dari debu, asap, dan jelaga. Paparan jangka panjang terhadap partikel ini berisiko menyebabkan kematian dini, terutama bagi individu dengan penyakit jantung atau paru-paru kronis.
Rekomendasi kesehatan yang dikeluarkan saat ini yakni kelompok sensitif mengenakan masker, mengurangi aktivitas di luar ruangan, menutup jendela untuk mencegah masuknya udara kotor, dan menyalakan penyaring udara (air purifier).
Secara nasional, kualitas udara Jakarta menduduki urutan keempat terburuk di Indonesia, di bawah Serpong, Banten (178); Tangerang, Banten (175); dan Tangerang Selatan, Banten (157).
Saran Masker dan Upaya Pemantauan Udara
Di tengah isu air hujan yang mengandung mikroplastik di Jakarta, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menekankan pentingnya masyarakat memantau kualitas udara sebelum bepergian dan menggunakan masker jika kualitas udara tergolong tidak sehat.
Rahmat Aji Pramono, Ketua Sub-Kelompok Penyehatan Lingkungan Dinkes DKI Jakarta, merekomendasikan penggunaan masker KN95 untuk perlindungan maksimal dari polutan, meskipun terasa kurang nyaman saat beraktivitas di luar.
Namun, menurutnya, masker medis biasa pun sudah cukup efektif untuk memfilter paparan polutan, khususnya partikel PM 2,5 yang di dalamnya juga terkandung mikroplastik.
Baca juga:
Udara Jakarta Tidak Sehat Pada Selasa (21/10) Pagi, Terburuk ke-6 Dunia
Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengambil langkah proaktif dengan memperkuat sistem pemantauan kualitas udara. Masyarakat kini dapat memantau kondisi lingkungan secara real-time melalui portal udara.jakarta.go.id dan aplikasi JAKI.
Melalui platform ini, warga dapat melihat indeks kualitas udara harian dan segera mengambil langkah antisipatif, seperti memakai masker atau membatasi kegiatan di luar ruangan bagi kelompok sensitif.
“Kami juga tengah menyiapkan Early Warning System (EWS) yang dikembangkan dari platform udara.jakarta.go.id agar masyarakat dapat mengetahui prakiraan kondisi polusi udara hingga tiga hari ke depan,” kata Asep Kuswanto, Kepala DLH DKI Jakarta.
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Udara Jakarta Lebih Berbahaya 10 Kali Lipat dari Batas WHO pada Jumat (31/10), Ini Tips Bertahan Hidup dari Dinkes
 
                      Polisi Kerahkan 1.597 Anggota tak Bersenjata untuk Jaga Ketat Demo Buruh di Kawasan Istana Negara
 
                      Cemari Udara dan Air Hujan, Pemprov DKI Cari Landasan Berikan Sanksi Sosial Bagi Warga Pembakar Sampah
 
                      Pengacara Ditembak di Tanah Abang Diduga Terkait Sengketa Lahan, Polisi Tangkap Pelaku dan Sita Puluhan Senpi
 
                      LRT Jabodetabek Mogok di Tengah Perjalanan, Bos KAI Perintahkan Evaluasi Standar Keselamatan dan Layanan
 
                      Pramono Tanggapi Pembongkaran Pasar Burung Barito Jaksel
 
                      Seluruh Proyek Konstruksi Rampung, Rekayasa Lalin di TB Simatupang Disetop
 
                      Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Nostalgia Masa Kecil di Pasar Malam Narasi 2025
 
                      Pemprov DKI Janji Angkut Barang Pedagang Barito yang Dipindahkan ke Sentra Fauna dan Kuliner Lenteng Agung
 
                      Pemprov DKI Minta Warga Waspada Pohon Tumbang di Musim Hujan, sudah Ada Korban
 
                      



