Masinton PDIP Singgung Ada Menko Hanya Diam Setelah Disentil Jokowi
Anggota Komisi III dari Fraksi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu. ANTARA News/Fathur Rochman
MerahPutih.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menegaskan bahwa pemilu akan tetap digelar 14 Februari 2024.
Jokowi juga mengingatkan pada jajaran menteri di Kabinet Indonesia Maju agar tak ada lagi isu-isu soal penundaan pemilu maupun soal perpanjangan masa jabatan presiden.
Anggota DPR RI Masinton Pasaribu menyinggung, ada salah satu menteri koordinator (menko) yang duduk, yang diam seribu bahasa, setelah Presiden Jokowi melarang para pembantunya untuk berbicara ihwal penundaan Pemilu 2024.
Baca Juga:
Jokowi Didemo Mahasiswa, Sekjen PDIP Minta Petinggi Parpol Lain Ikut Beri Penjelasan
"Pertanyaannya adalah ke mana menko yang menggalang dukungan palsu 3 periode masa jabatan presiden tersebut? Di mana batang hidung menteri pongah sok merasa paling kuasa itu?" kata Masinton kepada wartawan, Senin (11/4).
"Kenapa bukan menko tersebut yang menjelaskan kepada publik dan massa aksi yang melakukan penolakan perpanjangan 3 periode masa jabatan presiden," sambung dia.
Beberapa waktu lalu, Menko Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan sempat menyatakan memiliki big data terkait keinginan masyarakat yang ingin menunda pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
Masinton mempertanyakan ihwal big data yang dimiliki oleh Luhut. Namun, ia tak menyebutkan secara gamblang identitas dari menko tersebut.
"Ketika presiden secara kesatria mengambil alih tanggung jawab dan meluruskan tindakan keblinger dan kesemena-menaan bawahannya. Harusnya menko tersebut secara kesatria mundur dari seluruh jabatannya. Apalagi telah menyebarkan big data hoaks kepada masyarakat Indonesia," ujarnya.
Baca Juga:
PDIP Gelar Bukber hingga Ngaji Bareng Cak Nun
Menurut dia, aksi demonstrasi mahasiswa harus dimaknai sebagai kritik dan perlawanan anak muda terhadap elite tua yang rakus jabatan dan serakah yang ingin menguasai sumber daya kekayaan alam Indonesia.
"Bahkan untuk mencapai tujuan keserakahannya secara terang-terangan berupaya membajak konstitusi dan menenggelamkan demokrasi," tegas Masinton.
Lebih lanjut, Masinton mengingatkan esensi dari perjuangan gerakan reformasi dan demokrasi tahun 1998 lalu adalah pembatasan kekuasaan.
"Tanpa adanya pembatasan kekuasaan secara demokratis akan melahirkan kesemena-menaan (tiran), berwatak rakus dan serakah (oligarki kapitalis)," pungkasnya. (Pon)
Baca Juga:
PDIP Dorong Bamus DPRD Gelar Agenda Interpelasi Formula E Pekan Depan
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Kader PDIP Sebut Serangan Ahmad Ali ke Jokowi Adalah Order Busuk Agar Aman dari KPK
Aria Bima Ingatkan Mahasiswa Penggugat UU MD3 Soal Sistem Pengambilan Keputusan di Lembaga Legislatif
Ariel Noah Bersama Vibrasi Suara Indonesia Sambangi Fraksi PDIP Bahas Royalti
Bupati Ponorogo Ditangkap KPK, PDIP: Kami Minta Maaf karena Dia tak Amanah
Implementasi PP 47/24 Masih Rendah, Pemerintah Didesak Percepat Penghapusan Piutang Macet UMKM
Sumpah Pemuda Harus Jadi Semangat Kepeloporan Anak Muda
Peringatan Sumpah Pemuda, PDIP Tegaskan Komitmen Politik Inklusif bagi Generasi Muda
Ribka Tjiptaning Nilai Soeharto tak Pantas Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Dianggap Pelanggar HAM
Soal Dugaan Korupsi Proyek Whoosh, PDIP: Kita Dukung KPK, Diperiksa Saja
PDIP Sebut Ada Niat Jahat jika Utang KCJB Dikaitkan dengan APBN