Lebih Mengerti Sindrom Alice in Wonderland

Febrian AdiFebrian Adi - Minggu, 25 Desember 2022
Lebih Mengerti Sindrom Alice in Wonderland

Kenali sindrom Alice In Wonderland lebih dalam. (Foto: Unsplash/Z)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SIAPA sangka ternyata novel fantasi berjudul Alice In Wonderland (1856) karya penulis Lewis Carrol, merupakan nama untuk salah satu sindrom di dunia nyata. Sindrom Alice in Wonderland yang juga dikenal sebagai sindrom Todd atau dismetropsia, merupakan kondisi yang menyebabkan perubahan persepsi dan disorientasi.

Dilansir dari Alodokter, penderita sindrom ini bisa tiba-tiba merasa bahwa tubuh atau bagian tubuhnya menjadi lebih kecil atau lebih besar, atau merasa letak suatu benda menjadi sangat jauh atau dekat, padahal kenyataannya tidak demekian, persis seperti gambaran pada film Alice in Wonderland (2010) yang dibintangi oleh Jhonny Deep.

Baca juga:

Cara Mengenali Depresi pada Laki-laki

Penderita sindrom ini melihat benda menjadi lebih kecil atau sebaliknya. (Foto: Unsplash/Gabriella Clare)

Tak hanya berefek penglihatan, sindrom Alice In Wonderland juga bisa memengaruhi persepsi terhadap waktu penderitanya bisa merasakan waktu berjalan lebih cepat atau sebaliknya. Penyebab sindrom ini masih belum diketahui secara pasti. Namun, sindrom ini diduga berkaitan dengan beberapa kondisi berikut:

- Sakit kepala, seperti migrain, sakit kepala cluster, atau sakit kepala tegang

- Penyakit infeksi, misalnya mononucleosis atau herpes simpleks

- Gangguan pada otak, seperti stroke atau tumor otak

- Stres

- Gangguan kejiwaan, seperti depresi dan skizofrenia

- Epilepsi

- Efek samping obat-obatan

Dari berbagai penyebab di atas, migrain diyakini menjadi penyebab sindrom Alice in Wonderland yang paling umum pada orang dewasa. Sementara pada anak-anak, kondisi ini sering disebabkan oleh penyakit infeksi.

Baca juga:

Jangan Anggap Sepele, Kenali Gejala Distimia

Setiap gejala yang dialami akan berbeda-beda. (Foto: Unsplash/Daan Mooij)

Adapun beberapa gejala yang harus kamu ketahui, karena setiap gejala yang dialami pada tiap pengidapnya bisa berbeda. Gejala umumnya berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam, serta bisa berulang. Beberapa gejala yang dapat dirasakan oleh penderita sindrom Alice in Wonderland:

- Bagian tubuh atau benda-benda di sekitarnya terlihat lebih besar, kecil, jauh atau lebih dekat dari kondisi sebenarnya

- Garis lurus terlihat bengok atau bergelombang

- Benda yang diam terlihat bergerak

- Benda tiga dimensi tampak atar

- Warna terlihat lebih terang

- Waktu berjalan seperti lebih cepat atau lambat

Lalu bagaimana langkah penangangan dan pencegahan untuk sindrom Alice in Wonderland. Sampai saat ini belum ada yang bisa mendiagnosis secara pasti sindrom Alice in Wonderland.

Namun, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah tes darah, EEG, maupun MRI.

Sindrom Alice in Wonderland umumnya tidak membutuhkan pengobatan khusus dan dapat membaik dengan sendirinya. Namun, mengobati kondisi yang dicurigai menjadi penyebab sindrom Alice in Wonderland dapat mencegah gejala muncul kembali.

Karena sindrom Alice in Wonderland sering disebabkan oleh migrain, mengurangi munculnya serangan migrain juga dapat mencegah terjadinya sindrom ini. (far)

Baca juga:

Cara Mengatasi Serangan Panik

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Febrian Adi

part-time music enthusiast. full-time human.

Berita Terkait

Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Bagikan