Cara Mengatasi Serangan Panik


Beberapa orang kerap mengalami serangan panik. (Unsplash/Usman Yousaf)
SERANGAN panik atau panic attack adalah kemunculan rasa takut atau gelisah yang berlebihan secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas. Kondisi ini bisa berlangsung selama beberapa menit hingga setengah jam.
Serangan panik ditandai dengan detak jantung yang bertambah cepat, napas pendek, pusing, tegang otot, atau gemetar. Kondisi ini bisa terjadi kapan pun, baik saat sedang beraktivitas maupun ketika beristirahat.
"Kecemasan adalah perasaan normal yang dialami manusia ketika berada dalam situasi ketakutan atau stres. Tetapi jika kecemasan dialami secara berlebihan dan berdampak negatif dalam kehidupan sehari-hari, itu bisa menjadi pembeda antara tingkat kecemasan yang sehat dan gangguan kecemasan," kata Psikiater Dr. Vania Manipod, dilansir laman Askmen.
Baca juga:
Terlihat Mirip, Ini Perbedaan Gangguan Kecemasan dan Serangan Panik

Saat seseorang mengalami serangan panik, otak memerintahkan sistem saraf untuk merespons dengan melawan atau menghindar. Tubuh kemudian akan menghasilkan zat kimia, seperti adrenalin yang memicu peningkatan detak jantung, frekuensi napas, dan aliran darah ke otot.
Serangan panik muncul saat tubuh mempersiapkan respons untuk melawan atau menghindar meski tidak ada situasi yang genting atau berbahaya. Seseorang bahkan dapat mengalami kondisi ini dalam situasi yang tidak terduga, misalnya ketika sedang menonton televisi atau tertidur.
Ada beberapa cara untuk mengatasi serangan panik, yang pertama adalah mengatur pernapasan dengan menghirup dan menghembuskan napas secara perlahan. Kemampuan untuk mengontrol pola pernapasan akan membantu menurunkan detak jantung dan tekanan darah secara signifikan.
Baca juga:
Cara Jitu Mengatasi Serangan Panik Ketika 'Solo Traveling'

"Saat kita merasakan bahaya, kita mengalami respons melawan atau lari yang memicu reaksi bagi kita untuk menghindari bahaya. Jantung kita berdetak lebih cepat, otot tegang, kita bernapas lebih cepat,” kata Manipod.
Salah satu metode yang bisa kamu lakukan adalah teknik 4-7-8. Cukup tarik napas melalui hidung selama empat hitungan, tahan napas selama tujuh hitungan, dan buang napas dalam-dalam melalui mulut selama delapan detik. Ulangi siklus ini beberapa kali hingga kamu merasa cukup rileks.
Kamu juga bisa memfokuskan panca indra, misalnya dengan makan permen atau memeluk bantal untuk mengalihkan perhatian. Selain itu bisa melakukan teknik grounding, yaitu dengan fokus menghindari ingatan atau pikiran negatif, misalnya dengan berhitung, memperhatikan lingkungan sekitar, atau memikrikan hal yang menenangkan.
Sedangkan untuk penanganan medis bisa dengan pemberian obat, psikoterapi, atau kombinasi keduanya, tergantung pada kondisi dan tingkat keparahan yang dialami pasien. (and)
Baca juga:
Apa itu 'Panic Disorder' dan Bagaimana Kamu Tahu Jika Kamu Mengalaminya?
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
