Terlihat Mirip, Ini Perbedaan Gangguan Kecemasan dan Serangan Panik


Perbedaan gangguan kecemasan dan serangan panik (Sumber: Pexels/samer daboul)
HIDUP begitu dinamis. Ada kebahagiaan, kegetiran, dan berbagai kondisi lain yang menyebabkan mental kacau balau. Dengan berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidup, wajar jika semua orang pernah merasa cemas. Namun, biasanya saat satu per satu masalah terpecahkan, kecemasan mulai berkurang. Pada sebagian orang, kecemasan itu tidak hilang. Itu justru tumbuh menjadi ketakutan melebihi ambang batas.
Kian hari pengidap gangguan kecemasan kian bertambah. The Power of Positivity mengungkapkan gangguan kecemasan merupakan bentuk paling umum dari penyakit mental. Gangguan ini memengaruhi 40 juta orang dewasa di atas usia 18 (sekitar 18 persen dari populasi).
Kecemasan menghabiskan lebih dari USD 42 miliar per tahun dalam tagihan kesehatan mental, yang menunjukkan betapa luas dan parahnya gangguan ini. Salah satu jenis gangguan yang menyertai gangguan kecemasan adalah serangan panik. Serangan-serangan ini dapat membuat penderita mengalami jantung berdetak lebih cepat, berkeringat, atau kesulitan bernapas.

Gangguan kecemasan menimbulkan jantung berdetak lebih cepat, berkeringat, atau kesulitan bernapas (Sumber: Pexels/cottonbro)
Dengan gejalanya yang nyaris mirip dan saling tumpang tindih, banyak orang yang sulit membedakan antara keduanya. Lalu apa perbedaan antara kecemasan dan serangan panik?
Gangguan kecemasan mempengaruhi satu dari lima orang dewasa di seluruh dunia. Kecemasan cenderung membuat pengidapnya terus-menerus khawatir tentang hal-hal dalam hidup. Mulai dari kesehatan, uang, atau keluarga. Bahkan ketika semuanya baik-baik saja, penderitanya mengalami sakit kepala, nyeri tubuh, atau rasa sakit yang aneh sebagai akibat dari semua kekhawatiran.

Gangguan kecemasan mempengaruhi gangguan fisik (Sumber: Pexels/Ryan Arya)
Sementara itu, serangan panik adalah pengalaman panik atau ketakutan berlebih yang datang tiba-tiba. Beberapa orang yang mengalami serangan panik merasa seperti terkena serangan jantung atau merasa seperti tidak bisa bernapas. Jika kamu mengalami serangan semacam ini secara tiba-tiba, amat mungkin kamu mengalami gangguan panik. Gangguan panik hanyalah salah satu bentuk gangguan kecemasan yang umum saat ini.
Serangan panik tampaknya muncul begitu saja. Serangan-serangan ini menyebabkan seseorang merasa di luar kendali. Kepanikan akan memuncak dengan cepat kemudian selesai. Episode emosi yang begitu drastis membuat pengidapnya merasa terkuras secara emosional. Serangan panik dapat dipicu oleh situasi atau hal tertentu yang ditakuti. Selama serangan panik, pengidapnya mungkin merasakan efek samping fisik seperti detak jantung cepat, sulit bernafas, berkeringat, gemetar, tersedak, munculnya perasaan malapetaka, atau merasa di luar kendali
Orang-orang dengan gangguan kepanikan cenderung khawatir tentang kapan episode berikutnya akan terjadi. Antisipasi ini justru meningkatkan kecemasan dan mereka akan mencoba mencegah serangan dengan menghindari situasi yang dapat memicu serangan lain. Kesadaran ini bisa sulit, terutama jika penderitanya tidak tahu apa yang menyebabkan serangan itu. Jika Anda tahu apa yang memicu serangan panik Anda, itu bisa membantu kecuali dalam situasi yang harus Anda hadapi, seperti pekerjaan, sekolah, atau di rumah.
Gangguan panik sering terjadi dalam keluarga. Tetapi tidak semua anggota keluarga menderita karenanya. Studi menunjukkan bahwa biologi unik mungkin berperan dalam serangan panik. Jika kamu merasa mengalami serangan panik, kunjungi doktermu untuk memastikan dirimu tidak memiliki kondisi fisik yang luar biasa yang menyebabkan serangan panik.(avia)
Bagikan
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Kondisi Mental ASN DKI Jakarta Bikin Merinding, DPRD Minta Layanan Psikologis Ada di Tiap Puskesmas

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Psikolog Bocorkan Cara Musik Melatih Otak Anak Jadi Super Cerdas Sejak Dini

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Kalau Kamu Rasakan 3 Hal Ini Lebih dari 2 Pekan, Dokter Bilang Itu Depresi Lho!

Jangan Dipendam! Layanan Konsultasi Kesehatan Mental Gratis dan Rahasia Tersedia Nonstop di Jakarta, Bisa Kontak ke Nomor Ini
