Jangan Anggap Sepele, Kenali Gejala Distimia

Febrian AdiFebrian Adi - Selasa, 20 Desember 2022
Jangan Anggap Sepele, Kenali Gejala Distimia

Distimia bisa dialami oleh siapapun. (Unsplash/Melanie)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

KETIKA liburan banyak orang yang memanfaatkannya dengan menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman. Juga berbagi aspirasi untuk tahun yang akan datang bersama mereka. Namun untuk sebagian orang, liburan terasa lebih melankolis.

Bagi sebagian orang tersebut, tantangan hidup yang dapat dikelola bisa menjadi ketidakpastian yang sangat kuat tentang menghadapi tantangan di masa depan. Dibebani oleh perasaan tersebut mulai dari bangun tidurmenjadi hal yang sulit dijalani. Terasa seperti penambahan beban yang tiga kali lebih sulit dari seharusnya.

Baca juga:

Depresi dan Kesedihan, Serupa Namun Tak Sama

Banyak orang mengalami distimia namun tak menyadari. (Unsplash/Damir)

Perasaan tersebut bisa dikatakan sebagai Distimia atau yang disebut juga gangguan depresi persisten. Itu adalah bentuk depresi kronis jangka panjang. Orang yang mengalaminya mungkin akan kehilagan minat untuk menjalani aktivitasnya sehari-hari.

Biasanya orang yang mengalami distimia akan sulit merasa senang. Bahkan pada saat-saat bahagia sekalipun. Pengidap ini digambarkan memiliki kepribadian yang suram. Terus-menerus mengeluh dan tidak mampu bersenang-senang.

Meskipun distimia biasanya tidak separah depresi berat. Tetapi perasaan depresi yang dialami oleh pengidap distimia dapat berlangsung selama bertahun-tahun. Secara signifikan menyebabkan masalah dalam hubungan pengidap, sekolah, pekerjaan dan kegiatan sehari-hari.

“Distimia adalah penyakit yang menyerang jutaan orang. Terutama pria, biasanya pada saat mendekati liburan. Tetapi karena tidak diketahui, ini bahkan lebih berbahaya daripada efek mematikan jiwa dari depresi arus utama yang dapat dengan mudah diketahui dan diidentifikasi,” ungkap Psikolog Klinis Berlisensi yang bekerja di bidang depresi, Dr. Bethany Cook seperti dikutip dari Askmen.com.

Penyebab distimia masih belum diketahui secara pasti. Namun, sama halnya seperti depresi berat, distimia mungkin juga disebabkan oleh lebih dari satu penyebab, seperti:

1. Perbedaan Biologis. Orang dengan gangguan depresi persisten mungkin mengalami perubahan fisik pada otak mereka.

2. Kimia Otak. Neurotransmitter adalah bahan kimia otak yang muncul secara alami yang kemungkinan berperan dalam depresi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perubahan fungsi dan efek dari ini, serta interaksi mereka dengan neurocircuits yang terlibat dalam menjaga stabilitas hati berperan penting dalam terjadinya depresi dan perawatannya.

3. Sifat Bawaan. Distimia nampaknya lebih sering terjadi pada orang yang kerabat dekatnya juga memiliki kondisi tersebut. Namun, para peneliti masih berusaha menemukan gen yang mungkin terlibat dalam menyebabkan depresi.

4. Peristiwa Kehidupan. Seperti depresi berat, peristiwa berat seperti kehilangan orang yang dicintai, masalah keuangan atau tingkat stres yang tinggi dapat memicu gangguan depresi persisten atau distimia pada beberapa orang.

Baca juga: Depresi dan Kecemasan, Tidaklah Sama

Intensistas waktu dari gejala distimia bisa berubah seiring waktu. (Unsplash/Elter Eric)

Adapun beberapa gejala dari distimia yang intensistasnya bisa berubah seiring waktu. Namun, biasanya gejala dapat bertahan selama lebih dari dua bulan sekaligus. Antara lain:

- Tidak berminat untuk melakukan aktivitas sehari-hari

- Merasa sedih, hampa, terpuruk, putus asa, cepat lelah dan tidak berenergi

- Mengalami kesulitan berkonsentrasi dan membuat keputusan

- Mudah marah dan bisa marah secara berlebihan

- Menghindari kegiatan sekolah hingga produktivitas menurun

- Merasa bersalah dan khawatir tentang masa lalu

- Nafsu makan menurun atau sebaliknya

- Mengalami masalah tidur

Bila kamu mengalami gejala-gejala distimia seperti di atas, sebaiknya jangan dibiarkan saja. Segera cari bantuan dari tenaga profesional untuk mengatasi gejala-gejala tersebut. Sehingga kamu dapat beraktivitas dengan normal kembali.

Karena sifatnya kronis, mengatasi gejala distimia dapat menjadi tantangan tersendiri. Namun, dengan melakukan kombinasi terapi bicara (psikoterapi) dan obat-obatan, distimia dapat diobati. (far)

Baca juga:

Jauh Persamaan Antara Stres, Depresi, dan Gangguan Kecemasan

#Lipsus Desember Kesehatan Mental #Kesehatan #Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

Febrian Adi

part-time music enthusiast. full-time human.

Berita Terkait

Olahraga
Raphael Varane Ngaku Alami Depresi saat Masih di Real Madrid, Paling Parah setelah Piala Dunia 2018!
Raphael Varane mengaku dirinya mengalami depresi saat masih membela Real Madrid. Ia menceritakan itu saat wawancara bersama Le Monde.
Soffi Amira - Rabu, 03 Desember 2025
Raphael Varane Ngaku Alami Depresi saat Masih di Real Madrid, Paling Parah setelah Piala Dunia 2018!
Indonesia
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Pemkot segera mulai menyiapkan kebutuhan tenaga medis, mulai dari dokter hingga perawat.
Dwi Astarini - Senin, 24 November 2025
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Indonesia
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
emerintah memberikan kesempatan bagi peserta untuk mendapatkan penghapusan tunggakan iuran sehingga mereka bisa kembali aktif menikmati layanan kesehatan.
Dwi Astarini - Rabu, 19 November 2025
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Berita Foto
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Direktur Utama PT Prodia Widyahusada memotong tumpeng bersama Komisaris Utama PT Prodia Widyahusada, Andi Widjaja saat peresmian PCMC di Jakarta.
Didik Setiawan - Sabtu, 15 November 2025
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Indonesia
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Kemenkes menargetkan hingga akhir tahun ini bisa mengobati 900 ribu orang yang terkena Tb.
Dwi Astarini - Kamis, 13 November 2025
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Berita Foto
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
President Director Asuransi Astra, Maximiliaan Agatisianus memberikan pemaparan dalam peluncuran Express Discharge di Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Didik Setiawan - Rabu, 12 November 2025
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Indonesia
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
Pemerintah akan memutihkan tunggakan 23 juta peserta BPJS Kesehatan mulai akhir 2025.
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
Indonesia
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Program penghapusan tunggakan iuran BPJS Kesehatan ini akan dimulai pada akhir 2025
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Lifestyle
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Selain mengonsumsi nutrisi seimbang, dokter juga mengingatkan pentingnya memastikan tubuh selalu terhidrasi secara cukup selama cuaca ekstrem
Angga Yudha Pratama - Selasa, 04 November 2025
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Indonesia
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Komunitas-komunitas yang diajak kerja sama juga nantinya dapat melakukan layanan CKG di tempat-tempat strategis, contohnya mall.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 03 November 2025
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Bagikan