Sains

Jam Belajar Terlalu Pagi Ternyata Bikin Prestasi Akademik Menurun

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Kamis, 20 April 2023
Jam Belajar Terlalu Pagi Ternyata Bikin Prestasi Akademik Menurun

Ada hubungan antara kelas yang dimulai terlalu pagi dengan kurang tidur, kehadiran yang buruk, dan penurunan rata-rata nilai siswa. (Foto: Freepik/Stockking)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

INGAT kasus viral tentang kebijakan Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memutuskan anak sekolah masuk pukul 5 pagi? Jika masuk sekolahnya pukul 5 pagi, sudah pasti perlu bangun lebih awal lagi. Bisa-bisa mereka bersiap dari pukul 3 pagi.

Meski Pemerintah Daerah NTT menganggap kebijakan ini akan memacu produktivitas siswa, penelitian dari Duke-NUS Medical School justru melihat sebaliknya.

Menurut studi ini, ada keterkaitan antara kelas yang dimulai pagi dengan kurang tidur, kehadiran yang buruk, dan penurunan rata-rata nilai siswa.

Baca juga:

Pembelajaran Daring Jadi Tren Pembelajaran Masa Depan

kelas pagi
Jam sekolah yang dimulai lebih lambat justru dapat berdampak positif pada nilai. (Foto: Freepik/Freepik)

Penelitian pada siswa sekolah menengah dan junior telah membuktikan bahwa jam belajar yang lebih lambat justru dapat berdampak positif pada nilai.

“Jika tujuan pendidikan formal adalah untuk memosisikan siswa kita agar berhasil di kelas dan dunia kerja, mengapa kita memaksa banyak mahasiswa mengambil keputusan yang buruk dengan bolos kelas pagi untuk tidur lebih lama atau menghadiri kelas kurang tidur?” tanya Associate Professor, Joshua Gooley, dari program Neuroscience & Behavioral Disorders di Duke-NUSseperti dikutip Science Daily.

Gooley melanjutkan, “Pesan yang dapat dibawa pulang dari penelitian kami adalah bahwa universitas harus mempertimbangkan kembali kelas wajib pagi hari.”

Gooley menunjukkan bukti mahasiswa di Singapura yang bisa mendapatkan nilai lebih baik ketika kelas dimulai lebih lambat.

Baca juga:

Metode Pembelajaran Bahasa Mandarin nan Menyenangkan untuk Anak

kelas pagi
Banyaknya frekuensi kelas pagi dalam seminggu berarti pula kurangnya jam tidur yang diperlukan mahasiswa. (Foto: Freepik/Freepik)

Temuan ini didasarkan pada data digital dari puluhan ribu mahasiswa dan diterbitkan di jurnal Nature Human Behaviour oleh para peneliti dari Duke-NUS Medical School dan rekan mereka.

Gooley dan rekan-rekannya menggunakan data koneksi Wi-Fi mahasiswa, platform pembelajaran digital universitas, dan data aktivitas dari jam tangan penginderaan khusus untuk memantau kehadiran di kelas dan perilaku tidur puluhan ribu mahasiswa.

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa jam belajar atau kelas yang lebih awal berdampak pada kehadiran yang lebih rendah dan siswa yang sering tidur setelah kelas dimulai.

Selain itu, ketika siswa menghadiri kelas pagi, mereka kehilangan sekira satu jam tidur. Meski terdengar sepele karena hanya satu jam saja, dampaknya lumayan serius terhadap nilai.

Banyaknya frekuensi kelas pagi dalam seminggu berarti pula semakin banyak jam tidur yang berkurang. Ini menghasilkan mahasiswa dengan nilai rata-rata yang lebih rendah. (kmp)

Baca juga:

Manchester City Buka Sekolah Bola untuk Anak-Anak Indonesia

#Sains #Belajar #Masuk Sekolah
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Indonesia
Transparansi PPDB Mendesak! DPR Soroti Kecurigaan Masyarakat dan Minta Akses Penuh Data Pendaftar
PPDB harus transparan, termasuk agar pendaftar dapat memeriksa setiap aspek
Angga Yudha Pratama - Senin, 23 Juni 2025
Transparansi PPDB Mendesak! DPR Soroti Kecurigaan Masyarakat dan Minta Akses Penuh Data Pendaftar
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Indonesia
MK Putuskan Pemerintah Wajib Gratiskan SD-SMP, Bakal Dituangkan ke RUU Sisdiknas
Ini yang selalu kami suarakan di Komisi X DPR, bahwa UUD 1945 mengamanatkan Negara harus hadir memberikan pembiayaan pendidikan
Angga Yudha Pratama - Selasa, 10 Juni 2025
MK Putuskan Pemerintah Wajib Gratiskan SD-SMP, Bakal Dituangkan ke RUU Sisdiknas
Bagikan