Lingkungan

Energi Terbarukan Ramah Lingkungan, Pengganti Energi Fosil

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Kamis, 29 April 2021
Energi Terbarukan Ramah Lingkungan, Pengganti Energi Fosil

Alternatif energi terbarukan pengganti energi fosil di masa depan. (Foto: pixabay/Solarimo)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

ENERGI Terbarukan menjadi sumber energi alternatif yang tidak terbatas dan dinilai dapat menggantikan energi fosil. Energi ini disinyalir lebih ramah lingkungan jika dibandingkan energi fosil ataupun energi nuklir.

Energi fosil yang bersumber dari fosil mahluk hidup yang tertimbun dibawah tanah selama ribuan tahun seperti minyak bumi dan batu bara. Untuk mengambil energi ini, harus melalui proses pengeboran kedalam bumi. Cara ini dapat merusak lingkungan sekitar, termasuk sisa-sisa minyak mentah yang terbuang dan bersifat beracun untuk mahluk hidup.

Baca juga:

Gedung Kampus UMN Paling Hemat Energi se-Asia Tenggara

Sedangkan energi alternatif bersumber dari air, laut, angin, biomassa, dan sinar matahari. Selain itu, energi ini juga tidak perlu melakukan pengeboran bumi. Sehingga tidak merusak lingkungan sekitar. Untuk mengubah energi alternatif ini, hanya membutuhkan ilmu pengetahuan untuk mengembangkan alat mengubah energi alternatif menjadi energi listrik dan tentunya ramah lingkungan.

Salah satu upaya saat ini untuk memanfaatkan energi alternatif adalah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Melihat kondisi letak geografis Indonesia sebagai negara tropis yang terletak di kawasan katulistiwa, memiliki potensi energi matahari melimpah yang bersinar sepanjang tahun.

Pengembangan energi surya di Indonesia cukup potensial dilihat dari letak geografi Indonesia yang dilewati garis khatulistiwa. (Foto: pexels/Hoan Ngoc)

Crisnawan Anditya selaku Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan dari Kementerian ESDM melalui Webinar, Rabu (28/4) memaparkan pentingnya ada industri hijau. Selama lima tahun terakhir dari 2015-2020, penggunaan energi terbarukan dan batubara mengalami peningkatan sedangkan minyak dan gas mengalami penurunan.

Hal terebut membuat pemerintah menargetkan percepatan program energi terbarukan mencapai 23% pada 2025. Perkembangan ini difokuskan pada pemasangan yang cepat dan harga produksi yang rendah, sehingga mampu bersaing dalam penjualannya. Proyek ini berperan sebagai penggerak perekonomian nasional, termasuk memulihkan perekonomian dari pandemi.

Baca juga:

Superyacht Aqua, Kapal Pesiar Termewah yang Ramah Lingkungan

PLTS Atap menjadi salah satu contoh produk yang saat ini dikembangkan oleh pemerintah. Pemasangan ini ditargetkan pada pelaku industri di Indonesia. Hingga Maret 2021, sudah terdapat 20 industri yang telah memasang PLTS Atap dengan total kapasitas 8,27 MW.

Dalam pengembangan ini, PT Suryacipta Swadaya (Suryacipta), sebagai anak usaha PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) menandatangani perjanjian kerjasama dengan PT Xurya Daya Indonesia (Xurya) di Gran Melia hotel Jakarta. Kerjasama ini guna mendukung penggunaan energi terbarukan berbasis tenaga surya kepada seluruh tenant di kawasan industri Suryacipta.

Kerja sama antara PT Suryacipta Swadaya (kiri) dan Xurya Daya Indonesia (kanan). (Foto: Xurya Daya Indonesia)

"Bersama Xurya, instalasi PLTS Atap di Suryacipta merupakan pilot project dan tentu kami akan mengajak para tenant untuk memanfaatkan energi terbarukan melalui instalasi solar panel (PLTS Atap)," Ucap Wilson Effendy sebagai Wakil Presiden Direktur PT Suryacipta Swadaya.

Wilson juga menambahkan selain dapat mengurangi biaya listrik, instalasi PLTS Atap bangunan, dapat meredukasi emisi gas karbon. Upaya ini bertujuan untuk menciptakan kawasan industri yang bersih dan berkelanjutan hingga memberikan kontribusi terhadap kemajuan teknologi dan lingkungan dalam negeri. (rzk)

Baca juga:

Cara Warga Thailand Berbelanja Setelah Larangan Kantong Plastik Diberlakukan

#Energi Terbarukan #Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Indonesia
Baru 12 Persen, Legislator Dorong Realisasi Pembangkit EBT 35 Persen Tahun Ini
Pembangkit EBT jangan terus-menerus dijadikan visi jangka panjang tanpa upaya percepatan yang konkret.
Dwi Astarini - Selasa, 05 Agustus 2025
Baru 12 Persen, Legislator Dorong Realisasi Pembangkit EBT 35 Persen Tahun Ini
Lifestyle
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Dikenal dengan nama NWA 16788, meteorit ini memiliki berat 24,5 kilogram.
Dwi Astarini - Kamis, 17 Juli 2025
Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar
Indonesia
Listrik Tenaga Surya Jadi Kunci Swasembada Energi Indonesia, Prabowo: Hitungan Saya Tidak Lama Lagi
Menurut Prabowo, Indonesia memiliki potensi besar untuk mencapai swasembada energi dalam waktu singkat.
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 29 Juni 2025
Listrik Tenaga Surya Jadi Kunci Swasembada Energi Indonesia, Prabowo: Hitungan Saya Tidak Lama Lagi
Lifestyle
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Gejala alergi tak lagi bisa dianggap sepele.
Dwi Astarini - Senin, 23 Juni 2025
Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini
Fun
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Sebuah studi dari Concordia University mengungkap bahwa membagikan foto atau video hewan lucu di media sosial ternyata bisa memperkuat koneksi dan hubungan digital. Simak penjelasannya!
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 13 Juni 2025
Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Fun
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Strawberry Moon bukan berarti bulan berwarna merah muda. Simak fakta menarik tentang fenomena langit langka yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun sekali ini.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 12 Juni 2025
Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali
Fun
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Studi dari American Psychological Association temukan bahwa screen time berlebihan berkaitan dengan kecemasan, depresi, dan agresi pada anak-anak. Konten dan dukungan emosional juga berperan penting.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
Bagikan