Sentimen Domestik dan Pembayaran Utang Bikin Rupiah Bisa Melemah
Kamis, 20 Juni 2024 -
MerahPutih.com - Sejak Desember 2023 hingga pertengahan Juni 2024 ini, rupiah melemah 5,92 persen terhadap USD. Teranyar, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis (20/6) pagi turun 18 poin atau 0,11 persen menjadi Rp 16.383 per dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan tren nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat, didukung faktor fundamental ekonomi Indonesia.
"Rupiah secara fundamental itu trennya, jangan ditanya hari per hari lho, ini trennya akan menguat. Inflasi rendah, growth bagus, kreditnya bagus,” kata Perry usai mengikuti rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/6) petang.
Faktor fundamental yang diperkirakan akan mempengaruhi penguatan nilai tukar rupiah adalah inflasi rendah yakni 2,8 persen, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan 5,1 persen, serta pertumbuhan kredit sebesar 12 persen.
Baca juga:
Potensi Pelemahan Rupiah Bakal Berlanjut Akibat Membaiknya Ekonomi Amerika
Perry mengakui adanya faktor sentimen jangka pendek yang bisa menyebabkan rupiah melemah, di antaranya kondisi geopolitik global dan sikap bank sentral AS atau The Fed yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga.
Selain itu, Indonesia juga sedang menghadapi sentimen domestik dengan kenaikan permintaan pembiayaan dari korporasi untuk repatriasi deviden dan pembayaran utang.
"(Meskipun) fundamentalnya ke depan rupiah akan menguat, tetapi gerakan dari bulan ke bulan akan tergantung pada sentimen-sentimen ini,” ujar Perry.
Ia mengaskan, dibandingkan dengan mata uang negara lain, pelemahan rupiah masih lebih baik.
Tercatat, won Korea melemah 6,78 persen, baht Thailand melemah 6,92 persen, peso Meksiko melemah 7,89 persen, real Brazil melemah 10,63 persen, dan yen Jepang melemah 10,78 persen.
"Pelemahan rupiah itu relatif masih lebih baik. Dan kami yakin ke depan akan menguat," ungkapnya. (*)