Sebut NATO Takut Rusia, Presiden Ukraina Tak Sudi Lagi Berlutut Memohon Gabung

Rabu, 09 Maret 2022 - Wisnu Cipto

MerahPutih.com - Ukraina menegaskan tidak mau lagi memaksakan diri bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Negara yang tengah menghadapi invasi Rusia itu mengaku kecewa dengan respons NATO dalam menyingkapi aksi serangan Kremlin yang sudah berlangsung hampir dua pekan ini.

"Kami memahami bahwa NATO tidak siap untuk menerima Ukraina," kata Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dalam wawancara yang disiarkan ABC News Senin (7/3) lalu, seperti dilansir AFP.

Baca Juga:

Menelisik Akar Budaya Rusia-Ukraina, Kakak Beradik yang Kini Terlibat Perang

Awalnya, Zelensky memang berkeinginan menjadi anggota NATO, yang menjadi salah satu masalah sensitif alasan Rusia melancarkan serangan ke Ukraina. Kini, Zelensky menyebut aliansi pertahanan negara-negara barat itu takut berkonfrontasi dengan Rusia.



Lebih jauh, orang nomor satu di Ukraina itu menegaskan tidak sudi menjadi presiden dari negara yang memohon-mohon hingga berlutut untuk diterima menjadi anggota NATO. "Aliansi (NATO) takut akan hal-hal kontroversial, dan konfrontasi dengan Rusia," imbuh Presiden Zelensky, dilansir AFP, Rabu (9/3).

NATO Kerahkan Pasukan NRF untuk Hadapi Invasi Rusia-Ukraina, Apa Itu?
NRF, pasukan Khusus NATO yang siaga mengantisipasi invasi Rusia ke Ukraina merembet ke negara-negara anggota aliansi. (Foto: JFC Brunssum - NATO)

Dalam tanggapan lain yang ditujukan untuk menenangkan Moskwa, Zelensky juga mengaku terbuka untuk berkompromi pada status dua wilayah pro-Rusia, Donetsk dan Luhansk yang diakui Presiden Vladimir Putin sebagai wilayah merdeka sebelum melancarkan invasi pada 24 Februari.

Rusia sendiri telah mengatakan tidak ingin negara tetangga Ukraina bergabung dengan NATO, yang lahir pada awal Perang Dingin untuk melindungi Eropa dari Uni Soviet. Belakangan, Presiden Vladimir Putin geram karena NATO terus memperluas cengkeramannya ke negara-negara sekitar Rusia, termasuk Ukraina.

Moskwa menganggap perluasan wilayah NATO ini sebagai ancaman, terutama karena unsur-unsur militer aliansi Barat ini berada tepat di depan pintu negaranya. Di tengah peningkatan ketegangan ini, Rusia mengakui kemerdekaan Luhansk dan Donetsk, wilayah di timur Ukraina yang dikuasai separatis pro-Moskwa. Kedua kejadian itu melatarbelakangi sikap Putin mengumumkan operasi militer di timur Ukraina mulai 24 Februari lalu. (*)

Baca Juga:

Mengenal NRF, Pasukan yang Dikerahkan NATO Mengantisipasi Invasi Rusia

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan