Sebut NATO Takut Rusia, Presiden Ukraina Tak Sudi Lagi Berlutut Memohon Gabung


Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyapa warga Ukraina di Kyiv, Ukraina, Sabtu (26/2/2022). Instagram/@zelenskiy_official/via REUTERS/WSJ/cfo)
MerahPutih.com - Ukraina menegaskan tidak mau lagi memaksakan diri bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Negara yang tengah menghadapi invasi Rusia itu mengaku kecewa dengan respons NATO dalam menyingkapi aksi serangan Kremlin yang sudah berlangsung hampir dua pekan ini.
"Kami memahami bahwa NATO tidak siap untuk menerima Ukraina," kata Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, dalam wawancara yang disiarkan ABC News Senin (7/3) lalu, seperti dilansir AFP.
Baca Juga:
Menelisik Akar Budaya Rusia-Ukraina, Kakak Beradik yang Kini Terlibat Perang
Awalnya, Zelensky memang berkeinginan menjadi anggota NATO, yang menjadi salah satu masalah sensitif alasan Rusia melancarkan serangan ke Ukraina. Kini, Zelensky menyebut aliansi pertahanan negara-negara barat itu takut berkonfrontasi dengan Rusia.
Lebih jauh, orang nomor satu di Ukraina itu menegaskan tidak sudi menjadi presiden dari negara yang memohon-mohon hingga berlutut untuk diterima menjadi anggota NATO. "Aliansi (NATO) takut akan hal-hal kontroversial, dan konfrontasi dengan Rusia," imbuh Presiden Zelensky, dilansir AFP, Rabu (9/3).

Dalam tanggapan lain yang ditujukan untuk menenangkan Moskwa, Zelensky juga mengaku terbuka untuk berkompromi pada status dua wilayah pro-Rusia, Donetsk dan Luhansk yang diakui Presiden Vladimir Putin sebagai wilayah merdeka sebelum melancarkan invasi pada 24 Februari.
Rusia sendiri telah mengatakan tidak ingin negara tetangga Ukraina bergabung dengan NATO, yang lahir pada awal Perang Dingin untuk melindungi Eropa dari Uni Soviet. Belakangan, Presiden Vladimir Putin geram karena NATO terus memperluas cengkeramannya ke negara-negara sekitar Rusia, termasuk Ukraina.
Moskwa menganggap perluasan wilayah NATO ini sebagai ancaman, terutama karena unsur-unsur militer aliansi Barat ini berada tepat di depan pintu negaranya. Di tengah peningkatan ketegangan ini, Rusia mengakui kemerdekaan Luhansk dan Donetsk, wilayah di timur Ukraina yang dikuasai separatis pro-Moskwa. Kedua kejadian itu melatarbelakangi sikap Putin mengumumkan operasi militer di timur Ukraina mulai 24 Februari lalu. (*)
Baca Juga:
Mengenal NRF, Pasukan yang Dikerahkan NATO Mengantisipasi Invasi Rusia
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
5 Dampak Mengerikan Jika Terjadi Perang Dunia III, Trauma Psikologis hingga Meningkatnya Kemiskinan

Korut Tepis Isu 6.000 Tentaranya Tewas di Perang Rusia-Ukraina, Hanya Ratusan

Eks Marinir TNI AL Gabung Rusia Perang di Ukraina, Satria Bisa Dihukum Kalau Masih WNI

Zelenskyy Telepon Trump 1 Jam, Langsung Setuju Hentikan Serangan ke Infrastruktur Energi Rusia

Rusia Rebut Kursk, Ukraina Terdesak setelah AS Putus Bantuan Intelijen

Pakai Pendekatan Wortel dan Tongkat, Trump Hentikan Semua Bantuan Militer AS ke Ukraina

Ditelepon Trump, Presiden Rusia Putin Sepakat Hentikan Perang di Ukraina

Pentagon Deteksi 10.000 Tentara Korut Sudah Berada di Perbatasan Ukraina

Rusia Klaim Rebut Kota Kecil di Ukraina Timur

Zelensky Klaim Ukraina Makin Kuat di Kursk, Kuras Sumber Daya Rusia
