Rusia Bom Kota Zaporizhzhia di Ukraina, Mirisnya 13 Warga Sipil Tak Bersalah Jadi Korban Jiwa
Kamis, 09 Januari 2025 -
MerahPutih.com - Serangan bom terarah milik Rusia di kota Zaporizhzhia, Ukraina selatan, telah menewaskan sedikitnya 13 warga sipil dan melukai sekitar 30 orang lainnya.
Rekaman grafis yang diunggah di halaman Telegram Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada hari Rabu pekan ini menunjukkan warga sipil berlumuran darah tergeletak di jalan kota yang sedang dirawat oleh layanan darurat.
“Tidak ada yang lebih brutal daripada pengeboman udara terhadap sebuah kota, dengan kesadaran bahwa warga sipil biasa akan menderita,” tulis Zelenskyy di X, seperti dilansir laman Aljazeera, Kamis (9/1).
Blok perumahan bertingkat tinggi, fasilitas industri, dan infrastruktur lainnya rusak dalam serangan itu, demikian konfirmasi dari Kantor Kejaksaan Agung Ukraina di Telegram. Puing-puing juga menghantam trem dan bus dengan penumpang di dalamnya.
Baca juga:
Gubernur setempat Ivan Fedorov mengatakan pasukan Rusia meluncurkan bom berpemandu ke daerah pemukiman di kota itu pada siang hari, dan sedikitnya dua bangunan pemukiman terkena serangan itu.
Rusia memang sering melancarkan serangan udara terhadap infrastruktur sipil selama hampir tiga tahun perangnya di Ukraina. Meski begitu, Rusia mengklaim tidak pernah menargetkan warga sipil pada serangan-serangan itu.
Jonah Hull dari Al Jazeera melaporkan dari Kharkiv di Ukraina, dengan mengatakan bahwa serangan ditujukan pada wilayah yang dikenal sebagai 'lokasi industri'.”
"Pemandangan kehancuran di luar pabrik, di gedung apartemen bertingkat di seberangnya … selain trem dan minibus yang lewat, yang seharusnya mengangkut penumpang," kata Hull dalam laporannya.
Baca juga:
Marina Miron, seorang analis militer di King's College London, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa pabrik tersebut telah menjadi sasaran sejak bulan November. Rusia menganggap pabrik itu menjadi tempat untuk merakit pesawat berawak Ukraina yang digunakan untuk berperang.
“Namun, karena kematian warga sipil, ada kemungkinan sistem navigasi Rusia diganggu,” kata Miron. (ikh)