Rantai Pasok Bermasalah, IMF Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Asia

Kamis, 21 Oktober 2021 - Alwan Ridha Ramdani

MerahPutih.com - Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini untuk Asia dan memperingatkan bahwa gelombang baru infeksi COVID-19, gangguan rantai pasokan, dan tekanan inflasi menimbulkan risiko penurunan pada prospek.

IMF mengingatkan setiap "normalisasi kebijakan yang tidak tepat waktu atau komunikasi kebijakan yang disalahartikan" oleh Federal Reserve AS, juga dapat memicu arus keluar modal yang signifikan dan biaya pinjaman yang lebih tinggi untuk negara-negara berkembang Asia.

Baca Juga:

G20 Sepakat Berkontribusi Dalam Pemulihan Ekonomi Dari Pandemi COVID-19

Dalam laporan prospek regionalnya, IMF memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun ini untuk Asia menjadi 6,5 persen, turun 1,1 poin persentase dari proyeksi yang dibuat pada April, karena lonjakan kasus varian Delta memukul konsumsi dan produksi pabrik.

"Kebangkitan kembali pandemi, di tengah tingkat vaksinasi yang awalnya rendah, memperlambat pemulihan di kawasan Asia Pasifik, terutama di pasar negara berkembang dan ekonomi berkembang," kata Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF Changyong Rhee dikutip Antara.

IMF sempat menaikkan perkiraan pertumbuhan Asia untuk 2022 menjadi 5,7 persen dari perkiraan 5,3 persen pada April, yang mencerminkan kemajuan dalam vaksinasi dan mencatatkan, Asia Pasifik tetap menjadi kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia.

Saat ini, Ekonomi China mencapai laju pertumbuhan paling lambat dalam satu tahun pada kuartal ketiga, menyoroti tantangan yang dihadapi pembuat kebijakan saat mereka berusaha menopang pemulihan yang goyah sambil mengekang sektor real estat. Ekonomi China akan tumbuh 8,0 persen tahun ini dan 5,6 persen pada 2022.

India diperkirakan akan tumbuh 9,5 persen tahun ini, sementara negara-negara maju seperti Australia, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Taiwan mendapat manfaat dari ledakan teknologi dan komoditas tinggi.

Tetapi, negara-negara Asean-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand) masih menghadapi "tantangan berat" dari kebangkitan Covid dan kelemahan dalam konsumsi jasa-jasa dan inflasi tinggi karena didorong harga komoditas dan biaya pengiriman yang lebih tinggi, ditambah dengan gangguan yang berkelanjutan pada rantai nilai global. (*)

Baca Juga:

Ekspor Capai Rekor Tertinggi, Pemerintah Klaim Pemulihan Ekonomi Berjalan

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan