Panduan WHO untuk Bebas dari Malaria

Rabu, 26 April 2023 - Ikhsan Aryo Digdo

HARI malaria sedunia diperingati pada 25 April setiap tahunnya. Tahun ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengangkat tema “Waktu untuk memberikan nol malaria: Investasi, Inovasi, Implementasi."

“Dalam tema ini, WHO akan fokus pada “i” ketiga, yaitu menerapkan, dan khususnya penting menjangkau populasi yang terpinggirkan dengan alat dan strategi yang tersedia saat ini,” tulis laman resmi WHO.

Baca Juga:

Hari Kesehatan Sedunia 2023: 75 Tahun Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

WHO mencatat bahwa sebanyak 95 persen dari semua kasus malaria berada di Wilayah Afrika. Sementara itu, kasus malaria di Indonesia masih cukup tinggi dengan sebanyak 89 persen berada di Provinsi Papua. Per 2021, WHO melaporkan 811.636 estimasi kasus malaria baru di Indonesia dan estimasi kasus kematian mencapai 1.412 akibat malaria.

Sebanyak 95 persen kasus malaria berada di Afrika. (Foto: Pexels/git stephen gitau)

Dengan berubahnya lingkungan ekonomi, ruang pendanaan untuk penanggulangan malaria menjadi semakin menantang. WHO menuliskan pendanaan harus diprioritaskan untuk populasi paling rentan yang kurang mampu untuk mengakses layanan dan paling terpukul ketika sakit. Pendanaan yang memadai dan dapat diprediksi sangat penting untuk mempertahankan kemajuan dalam upaya untuk memerangi malaria.

Di ruang kendali vektor, ada 28 produk baru yang sedang diteliti dan dikembangkan. Beberapa alat yang sedang dievaluasi, seperti kelambu berinsektisida baru, umpan yang ditargetkan untuk menarik nyamuk, penolak nyamuk untuk ruangan, tabung atap, dan rekayasa genetika nyamuk. Jika penemuan alat ini menunjukkan kemanjuran untuk mengendalikan malaria, WHO akan mengembangkan rekomendasi kebijakan baru untuk menekan angka terjangkit malaria.

Baca Juga:

Vaksin untuk Mencegah Malaria Akhirnya Ditemukan

Menurut laporan malaria dunia terbaru, beberapa negara telah membuat beberapa kemajuan untuk memperluas akses malaria untuk populasi yang paling berisiko. Namun, masih banyak daerah dengan risiko tinggi terkena malaria, tetapi belum mendapatkan layanan yang mereka butuhkan untuk mencegah, mendeteksi dan mengobati penyakit tersebut.

Sistem kesehatan yang kuat menjadi respons sukses terhadap malaria. (Foto: Pexels/Pixabay)

Untuk mengatasi penularan malaria dan mendukung negara yang membangun program malaria, WHO menerbitkan panduan, strategi, dan kerangka kerja baru. WHO juga telah meningkatkan transparansi, fleksibilitas, dan akses terhadap rekomendasi malarianya.

“Sistem kesehatan yang kuat adalah tulang punggung respons sukses terhadap malaria,” tulis WHO.

Sistem kesehatan perlu direorientasi secara radikal untuk menuju perawatan kesehatan primer di Puskesmas. Sekitar 90 persen pelayanan kesehatan esensial dapat diberikan melalui Puskesmas, termasuk layanan untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, dan menghindari kebutuhan akan perawatan sekunder dan tersier yang lebih mahal. (vca)

Baca Juga:

Jam Sirkadian Terganggu, Potensi Kanker, Diabetes, dan Hipertensi

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan