Negosiasi Utang AS Bikin Rupiah Terseok
Kamis, 25 Mei 2023 -
MerahPutih.com - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan Rabu (25/5) melemah 25 poin atau 0,17 persen menjadi Rp14.900 per USD dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp14.875 per USD. Pergerakan rupiah dimulai dari Rp14.876 per USD hingga Rp14.920 per USD.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai kurangnya kemajuan dalam negosiasi perihal plafon utang (debt ceiling) Pemerintah Amerika Serikat senilai USD 31,4 triliun dolar AS masih menjadi faktor pelemahan rupiah pada penutupan perdagangan Rabu ini.
Baca Juga:
Ancaman Gagal Bayar Utang AS
"Pembicaraan antara kedua partai politik berlanjut tentang pencabutan plafon utang pemerintah. Setiap kemajuan tampaknya sulit dimenangkan dan hanya ada sedikit tanda kesepakatan akan tercapai dalam waktu dekat," ucap Ibrahim.
Selama seminggu terakhir, sejumlah pejabat The Fed telah berbicara dengan memilih kebijakan yang cenderung lebih agresif dan lebih mengutamakan stabilitas harga (hawkish) . Sikap ini menunjukkan perhatian utama terhadap kebijakan moneter dalam denominasi dolar AS.
Di sisi lain, Bank of England menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin awal Mei 2023. Bahkan, angka ini kemungkinan akan memperkuat ekspektasiBank Sentral akan terpaksa menaikkan suku bunga lagi pada bulan Juni 2023.
Analisis DCFX Lukman Leong menganggap pelemahan rupiah terhadap dolar AS belakang ini hanya sementara dari faktor eksternal.
"Rupiah melemah, tertekan oleh sentimen risk off di pasar serta penguatan dolar AS dari kekhawatiran seputar debt ceiling," ucap dia.
Ia mengatakan, kebijakan pemerintah Indonesia dalam mengatasi pelemahan rupiah sudah cukup akomodir, inflasi sudah mendekati target, dan rekor surplus cadangan devisa yang meningkat.
Sementara itu, Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI Teuku Riefky mengatakan Bank Indonesia perlu mempertahankan suku bunga acuan Bank Indonesia 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 5,75 persen di bulan ini.
“BI perlu mempertahankan suku bunga di 5,75 persen bulan ini sambil mempersiapkan kebijakan moneter yang akomodatif untuk meningkatkan ketahanan eksternal dan mendorong stabilitas harga domestik di tengah potensi perlambatan ekonomi global tahun ini,” kata Riefky.
BI telah mempertahankan suku bunga di 5,75 persen selama tiga bulan terakhir karena inflasi yang relatif terkendali dan arus masuk modal yang telah memperkuat dan menstabilkan rupiah.
“Melihat data terkini, inflasi diperkirakan akan terus menurun dan kembali dalam target BI sebesar 3 plus minus 1 persen secara tahunan dalam waktu dekat,” katanya. (Asp)