Mengenal Bubur Memek, Kudapan Khas Aceh dan Cara Membuatnya

Senin, 29 Juli 2024 - Angga Yudha Pratama

Merahputih.com - Bubur Memek salah satu khazanah kekayaan kuliner yang berasal dari Aceh. Makanan tersebut sangat memiliki nilai dan makna yang dekat dengan masyarakat setempat.

Bubur memek adalah bubur khas Kabupaten Simeulue di Provinsi Aceh, yang keberadaannya sudah ada bahkan sejak zaman kerajaan Aceh berdiri. Ia hadir di jamuan penting kerajaan hingga saat ini dalam lawatan pemerintahan daerah.

Praktik tersebut merupakan bagian upaya pemerintah daerah membuat bubur memek tetap eksis mengisi kekayaan kuliner Negeri Serambi Mekah itu.

Nama bubur ini mungkin cukup kontroversial. Namun pada dasarnya penamaan kuliner ini diambil dari bahasa Aceh. Di mana 'memek' diambil dari kata mamemek yang berarti mengunyah atau menggigit.

Bubur memek dinobatkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia sejak lima tahun lalu. Tepatnya disahkan dalam sidang penetapan karya budaya yang digelar di Hotel Millenium Jakarta pada 13-16 Agustus 2019.

Baca juga:

Mengenal 12 Ragam Motif Batik Khas Banten

Kekhasan bubur memek terletak dari bahan utamanya, yakni dibuat dengan beras ketan dan pisang. Disebutkan, kalau Simeulue sendiri sejak dahulu kaya akan hasil pisangnya dan beras ketannya. Maka dari situlah mula mengapa kekhasan kuliner itu terletak di bahan tersebut.

Bicara soal rasa hingga tekstur, bubur memek adalah menu paling ramah untuk dikonsumsi berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak, orang tua hingga orang lanjut usia, sebab cocok untuk lidah orang Indonesia.

Bubur memek sendiri punya ada dua variasi, yakni bubur memek kering dan bubur memek basah. Namun selama ini yang lebih tersohor namanya bubur memek basah.

Lebih mendetail lagi ihwal bahan-bahan yang ada di bubur memek, bubur ini diolah dari hasil beras ketan, pisang, kelapa parut, gula. Perbedaan signifikan antara bubur memek basah dan bubur memek kering adalah teksturnya.

Baca juga:

Jogja Noise Bombing Fest 2024 Hadirkan Penampil dari Aceh hingga Amsterdam



Disebutkan bubur memek basah menggunakan bahan tambahan berupa santan kelapa. Sedangkan bubur memek putih campuran kelapa parut dan gula. Terlepas dari teksturnya, hal yang paling membuat kuliner ini khas dan beda adalah kekuatan campuran pisang di dalamnya.

Masyarakat setempat biasanya menggunakan dua jenis pisang, ada pisang kepok maupun pisang raja. Kedua pisang ini mempengaruhi rasa manis hingga tekstur bubur memek. Pisang raja biasanya aromanya lebih manis, dan teksturnya lebih lembut. Sedangkan pisang kepok wanginya tidak terlalu kuat, serta banyak bijinya.

Cara pembuatan bubur memek

Pertama, sangrai beras ketan hingga warnanya jadi lebih kuning. Secara terpisah, pisang raja atau pisang ditumbuk hingga halus namun jangan terlalu lama, kemudian campurkan santan segar. Aduk hingga merata, tambahkan gula dan garam secukupnya. Setelah tercampur rata, baru panaskan di api hingga 1 jam lamanya.

Bagi yang ingin mencicipi makanan khas ini, biasanya paling mudah ditemukan saat penyambutan tamu, menyambut tradisi panen padi, tradisi pergi berkebun hingga bulan suci Ramadan.

Saat Ramadan, bubur memek ini jadi santapan paling populer di Aceh. Karena ia merupakan salah satu sajian strata tinggi. Hal ini terjadi, berangkat dari kebiasaan turun temurun. Di mana, orang Aceh dahulu merasa belum lengkap berbukanya jika tak menyantap bubur memek. Tak hanya itu, secara metode pembuatannya yang mudah juga berpengaruh mengapa bubur memek dan berbuka puasa begitu akrab.

Baca juga:

5 Tempat Makan Bubur Paling Enak di Tangerang

Menyantap bubur memek adalah pengalaman yang tidak terlupakan. Elaborasi rasa manis, gurih dari pisang dan santan tercampur sempurna, kejutan renyah dan garing dari beras ketan yang wangi di saat lidah menikmati lembutnya pisang yang ditumbuk.

Di luar momentum tersebut, memek sulit ditemukan. Makanan khas ini boleh dibuat kapan saja tetapi tidak dijual secara bebas, baik di pasar maupun di warung-warung, kecuali dipesan terlebih dahulu. (Tka)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan