Mengenal Bahaya Nokturia dan Nokturnal Enuresis
Sabtu, 19 Desember 2020 -
APAKAH kamu sering buang air kecil di malam hari? Atau mengurusi anak yang sering ngompol? Kalau hanya sekali-kali mungkin tidak masalah. Namun jika mengalaminya hampir setiap hari kamu perlu waspada. Sebab gejala ini merupakan tanda kondisi Nokturia dan Nokturnal Enuresis.
"Nokturia didefinisikan sebagai berapa kali seseorang berkemih dalam periode tidur utamanya," jelas Ketua Indonesian Society of Female and Functional Urolofy, dr Harrina Erlianti Rahardjo, S.pU (K), Phd.
Baca Juga:

Namun perlu dicatat bahwa Nokturia terjadi jika seseorang terbangun dari tidurnya kemudian harus diikuti tidur kembali atau keinginan untuk tidur. Jadi jika kamu buang air kecil kemudian bangun sepenuhnya dan tidak kembali tidur itu bukan Nokturia. Lebih lanjut, nokturia juga ditunjukkan dengan buang air kecil yang terjadi lebih dari sekali dalam satu periode tidur.
Sementara menurut Kepala Departemen Urologi FKUI-RSCM, Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU (K), Nokturnal Enuresis merupakan ketidampuan mengontrol pengeluaran urin selama tidur yang terjadi pada anak-anak atau bahasa awamnya adalah mengompol.
Akan tetapi, seorang anak dapat dikategorikan mengalami kondisi ini jika mereka sudah berusia lebih dari lima tahun dan berlangsung terus menerus dalam kurun waktu tiga bulan. Jika terjadi di bawah usia lima tahun, Wahyudi menyebut bahwa mengompol adalah sebuah hal yang wajar karena itu merupakan bagian dari proses tumbuh kembang anak.
Nokturia disebabkan oleh beberapa hal. "Kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan Nokturia meliputi gangguan saluran kemih bagian bawah, gangguan ginjal, gangguan hormonal, gangguan tidur, dan pengaruh obat-obatan," tulis Ikatan Ahli urologi Indonesia melalui rilis persnya.
Baca Juga:

Selain itu, Rahardjo menambahkan bahwa asupan air putih yang terlalu banyak dapat menyebabkan kondisi ini. Banyak orang mengalaminya karena merasa harus minum banyak air sebelum tidur agar tidak dehidrasi. Padahal mencukupi sebagian besar pasokan air harian di pagi dan siang hari sebenarnya sudah cukup.
Staf Medis Div. Metabolik Endokrin dan Diabetes, Dept. Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM, Dr. dr. Dyah Purnamasari, SpPD, KEMD membagi penyebab Nokturia ke dalam dua kategori yaitu urologi dan non urologi. "Beberapa faktor lain yang memengaruhi timbulnya Nokturia di antaranya penggunaan obat tekanan darah tinggi tertentu, riwayat stroke, obesitas sentral, kebocoran protein di ginjal, fungsi ginjal, kadar hormon testosteron rendah dan adanya infeksi," terang
Tidak jauh berbeda dengan Nokturia, kondisi Enuresis disebabkan oleh kondisi genetik, konstipasi, infeksi saluran kemih, kapasitas kandung kemih yang kecil, ansietas, gangguan tidur, serta diabetes pada anak.
Tanpa disadari kondisi ini ternyata sangat memengaruhi kualitas hidup. Jika tidak diatasi dengan tepat, Nokturia dapat menyebabkan masalah sosial dan bahkan ekonomi bagi penderitanya. Ketika seseorang terbangun terus menerus, hal ini akan menggangu kualitas tidur. Otomatis akan berdampak pada gangguan mood, fungsi kognitif dan memori, serta dalam pekerjaan. "Kondisi ini juga bisa menyebabkan risiko jatuh, penyakit jantung dan diabetes, bahkan sampai penurunan sistem imun yang mungkin nanti bisa mengundang penyakit lain juga," jelas Rahardjo.
Baca juga:
Sulit Buang Air Besar? Mungkin 5 Cara Ampuh Ini Bisa Membantumu

Pengetahuan tentang bahaya Nokturia sangat penting untuk diketahui. Apalagi berdasarkan hasil survei LUTS tahun 2020 ditemukan data bahwa 61,4 persen dari 1555 subjek mengalami kejadian Nokturia. Laporan menunjukkan laki-laki lebih banyak mengalaminya karena pria memiliki prostat.
"Jadi seiring dengan usia yang lebih lanjut dan prostat yang semakin membesar menyebabkan aliran kencing kurang lancar sehingga masih banyak sisanya di dalam," tutur Rahardjo. Ini yang menyebabkan laki-laki akhirnya bolak-balik buang air kecil di malam hari karena sisa pipis yang belum tuntas.
Tidak hanya bagi orang dewasa, gejala Enuresis pada anak juga sangat berbahaya. Menurut Wahyudi ada beberapa impak Enuresis yang dapat memengaruhi perkembangan anak. Di antaranya ialah gangguan emosi dan sosial, menurunnya kepercayaan diri, penarikan diri dari lingkungan, gangguan tidur, serta berpotensi mengganggu kesehatan secara keseluruhan. Tidak hanya bagi anak, kehidupan orang tua pun akhirnya terganggu karena harus mengurusi masalah mengompol anaknya di malam hari.
Ketika sudah mengalami beberapa gejala abnormal tersebut, kamu harus segera berkonsultasi dengan dokter. Ikatan Ahli Urologi Indonesia sudah membuat panduan diagnosis dan tata laksana Nokturia. Nantinya pasien akan diwawancarai dokter terkait keluhannya. Ini juga untuk membantu mencari penyebab Nokturia dan Nokturnal Enuresis. Kemudian sejumlah pemeriksaan fisik dan urinalisis akan dilakukan. Setelah mengetahui informasi yang cukup dokter bisa memberikan pengobatan dan terapi yang tepat.
Baca Juga:
Hati-Hati, Sering Buang Air di Malam Hari Pertanda Hipertensi

Ada tiga tata laksana untuk membantu menyembuhkan kondisi Nokturia yaitu intervensi gaya hidup, latihan fisik, dan penggunaan obat. Rahardjo menyebutkan bahwa intervensi gaya hidup berkaitan dengan membatasi garam, protein, dan kalori. Selain itu, pasien perlu membatasi asupan cairan di sore dan malam hari terutama satu jam sebelum tidur. Latihan fisik untuk menguatkan kandung kemih dan otot pinggul juga jadi salah satu upaya terapi untuk menahan buang air kecil. Terakhir dengan pemberian obat sesuai kebutuhan.
Sementara untuk menyembuhkan Enuresis ada sejumlah terapi yang bisa dilakukan. "Terapi yang dilakukan perlu disesuaikan dengan penyebab yang mendasari pasien seperti pemantauan perawatan memainkan peran yang penting untuk keberhasilan terapi," kata Wahyudi. Tiga hal hal yang bisa dilakukan adalah dengan memperbaiki gaya hidup, pengobatan dari dokter, serta dukungan dan motivasi pihak keluarga.
Anak bisa memulainya dengan menghindari konsumsi cairan berlebih di malam hari, mengurangi minuman maupun makanan berkafein, dan menghindari diet tinggi protein atau garam. Selain itu, anak perlu diingatkan untuk berkemih sebelum tidur. Dokter juga dapat memberikan obat yang relatif aman untuk si kecil.
Terapi alarm yang berbunyi saat anak mengompol dapat menjadi salah satu alternatif untuk menyembuhkan Enuresis. Namun yang terutama adalah dukungan dari pihak keluarga. Orang tua sebaiknya tidak menyalahkan anak ketika mengompol karena ini bukan kesalahan mereka melainkan akibat dari sebuah kondisi kesehatan. (Sam)
Baca Juga:
Jangan Coba-Coba Menahan Kencing, Infeksi Saluran Kemih Mengintai