Memahami Lovesickness yang Mengubah Perilaku Orang

Rabu, 08 Februari 2023 - P Suryo R

JATUH cinta berjuta rasanya. Cinta bisa menjadi hal yang indah dan juga bisa menyedihkan. Nah, hal ini tidak dapat disangkal, bahwa cinta juga memiliki sisi yang tidak menyenangkan.

Lovesickness mirip dengan patah hati. Namun, kondisi ini tenyata mengacu pada keadaan emosi yang lebih mendalam. Kondisi disaat kamu mulai terobsesi dengan ketidakmampuan untuk bersama seseorang.

Baca Juga:

Patah Hati Mengganggu Kesehatan Fisik

kesehatan
Perilaku kamu akan sangat dipengaruhi oleh reaksi orang yang kamu cintai. (freepik/freepik)

Cinta dihasilkan dari banyak reaksi kimia di otak. Melansir laman WebMD, beberapa ahli menunjukkan bahwa daya tarik manusia terutama terkait dengan dopamin, serotonin dan noradrenalin (tiga neurotransmiter) yang terkait dengan gairah seksual. Namun, ketiga senyawa ini juga terkait dengan motivasi dan pola pikir obsesif.

Pada titik ini, perilaku kamu akan sangat dipengaruhi oleh reaksi orang yang kamu cintai. Jika semuanya berjalan dengan baik, bahan kimia di otakmu akan mulai menurun, perlahan mengembalikan dirimu yang biasa.

Namun, jika cinta kamu bertepuk sebelah tangan, atau kamu tidak dapat mengungkapkan cinta pada orang tersebut, maka bahan kimia yang disebutkan sebelumnya akan terganggu. Akhirnya dapat menyebabkan perilaku yang tidak biasa, kompulsif dan berpotensi berbahaya.

Ketika neurotransmiter dan senyawa terkait cinta lainnya mulai berlimpah di otak, kamu mungkin mengalami perilaku obsesif. Ketidakmampuan untuk tidur, terus menunggu orang yang kamu cintai menelepon dan mengabaikan tanggung jawab lain adalah tipikal pada tahap ini.

Lovesickness atau sakit hati mengacu pada perasaan kuat yang muncul karena tidak dapat bersama orang yang Anda cintai secara fisik atau emosional. Meskipun lovesickness bukanlah gangguan yang diakui secara resmi, para ahli setuju bahwa hal itu dapat berdampak besar pada tubuhmu. Namun, yang lebih penting, kondisi ini sering kali menyebabkan perubahan perilaku, terkadang sampai pada tingkat yang menurutmu tidak terduga.

Baca Juga:

Alasan Manusia Main Hati dengan Hewan Peliharaan

kesehatan
Lovesickness sering kali menyebabkan perubahan perilaku, terkadang sampai pada tingkat yang tidak diduga. (freepik/jcomp)

Lovesickness terasa dan terdengar mirip dengan limerence (keadaan keterikatan obsesif dengan orang tertentu). Limerence lebih erat kaitannya dengan obsesi daripada cinta sejati. Karena tidak ada kondisi yang diakui secara resmi oleh standar medis mana pun, sulit membedakan keduanya.

Kondisi ini bukanlah fenomena baru, petugas medis, dokter, dan ilmuwan telah mempelajarinya selama 2000 tahun terakhir. Sementara definisi dan pengobatan yang tepat telah berubah selama bertahun-tahun, gejalanya sebagian besar tetap sama.

Lovesickness dapat memanifestasikan dirinya dalam berbagai gejala. Beberapa dari gejala ini merupakan akibat yang diharapkan dari patah hati, namun ternyata yang lain menunjukkan perilaku yang lebih impulsif daripada sekadar patah hati. Berikut adalah beberapa gejalanya yaitu:

- Kehilangan konsentrasi

- Insomnia

- Depresi

- Kesibukan yang berlebihan

- Menimbun barang-barang yang berhubungan dengan orang yang dicintai

- Kecemasan

Kondisi ini juga dapat menyebabkan gejala fisik. Misalnya, para ilmuwan menunjukkan bahwa saat kamu mengalaminya, maka detak jantung kamu akan meningkat saat memikirkan si dia. Ditambah lagi, pupil mata akan membesar (tanda khas sedang jatuh cinta).

Namun, lovesickness juga bisa menimbulkan gejala yang biasanya dianggap positif. Misalnya, harga diri yang meningkat, suasana hati yang meningkat secara signifikan, dan tanda-tanda 'menguntungkan' lainnya biasa terjadi pada tahap awal. Bagaimanapun, penting untuk kamu ingat ya, bahwa cinta tidak selalu rasional. (dgs)

Baca Juga:

Hobi Rebahan? Bisa Jadi Kamu Mengalami Clinomania

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan