Literasi Medsos Hindarkan Paparan Radikalisme Terhadap Anak
Kamis, 25 Juli 2019 -
MerahPutih.Com - Media sosial dalam banyak kasus menjadi medium penyebaran radikalisme yang paling efektif. Bahkan, para pengusung paham radikal menggunakan media sosial untuk merekrut pengikutnya termasuk anak-anak.
Atas dasar itu, menurut pengamat yang juga mantan komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Maria Advianti, literasi media sosial (medsos) bagi orang tua termasuk kebutuhan penting agar bisa mendampingi anak-anak dalam memanfaatkan media sosial secara sehat dan terhindar paparan radikalisme.
Baca Juga: Ali Fauzi Ungkap WhatsApp Paling Efektif Sebarkan Paham Radikal
"Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli hendaknya menjadi momentum untuk membentengi anak dari radikalisme dari medsos dan hal negatif lainnya," ujar Maria di Jakarta, Rabu (24/7).

Lebih lanjut, ia menyebut medsos menjadi salah satu alat penyebaran paham radikal yang luar biasa.
"Anak-anak ketika mendapat informasi radikalisme, biasanya pertama penasaran, bukan takut. Justru para teroris ini memanfaatkan rasa penasaran anak-anak sehingga menggiring mereka untuk mengakses informasi yang sudah dirancang melalui medsos," jelas Maria.
Oleh karena itu, dia meminta orang tua harus ikut aktif mengikuti perkembangan medsos sehingga tidak gaptek (gagap teknologi) terhadap media tersebut.
Meski tidak secanggih sang anak, kata dia, minimal dengan aktif bermedsos, komunikasi dan pengawasan orang tua terhadap anak bisa lebih baik.
Maria mengatakan melihat ciri-ciri anak terpapar radikalisme tidak mudah, namun biasanya dengan penampilan mereka lebih mudah mendeteksinya.
Akan tetapi, katanya, secara umum radikalisme dan terorisme di Indonesia melegitimasi terhadap agama. Padahal, potensi radikalisme ada di enam agama Indonesia.
Dia mengatakan salah satu ciri yang mudah diketahui terkait dengan paparan radikalisme adalah pakaian dan perilaku.
Baca Juga: Perkuat Ideologi Pancasila Strategi Tangkal Paham Radikalisme di Kampus
"Perlu ada pemahaman terhadap masyarakat agar mereka lebih waspada, biasanya mereka tinggal di kampung, kontrakan, perumahan di pinggiran, dan tidak pemanen. Hal ini harus diwaspadai, ini peran keluarga dan masyarakat untuk mengenali orang di sekeliling mereka," katanya.
Selain itu, ujar Maria Advianti sebagaimana dilansir Antara, keluaga atau lebih khusus orang tua, memberikan perhatian saksama terhadap aktivitas anak, seperti saat mengaji atau sekolah, yang maksudnya orang tua harus selalu mengawasi pelajaran yang didapat anaknya.
"Pasalnya radikalisme bisa disusupkan melalui lagu, kisah, soal pelajaran, seperti jihad, benci kepada orang lain, dan lain-lain," tutupnya.(*)