Kenali 3 Trilogi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Menyambut Hari Pendidikan Nasional
Selasa, 29 April 2025 -
Merahputih.com - Ki Hadjar Dewantara merupakan pencetus pendidikan di Tanah Air hingga dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.
Dalam dunia pendidikan, ia mengenalkan tiga filosofi pendidikan. Apa sajakah filosofi itu dan apa maknanya?
Ki Hadjar Dewantara merupakan pahlawan nasional yang diakui berkontribusi besar terhadap kemajuan negara. Ia yang menggagas Taman Siswa di Yogyakarta pada 3 Juli 1922.
Taman Siswa, merupakan tempat di mana masyarakat bisa menempuh pendidikan kerakyatan tanpa melihat latar belakang sosial, ekonominya.
Dalam membangun sistem pendidikan, Ki Hadjar Dewantara menerapkan konsep pendekatan mengayomi dan membimbing.
Dikutip dari laman unm.ac.id, tokoh dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat menerapkan tiga filosofi di Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa yakni trilogi pendidikannya yang terkenal seperti Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani.
Baca juga:
Hardiknas 2025 Jatuh 2 Mei, Usung Tema Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua
1. Ing Ngarso Sung Tulodo
Kalimat "Ing ngarso" artinya itu di depan atau di muka. Kata "Sung" berasal dari kata ingsun yang artinya saya, sementara "Tulodo" berarti tauladan.
Sehinga filosofinya "ing ngarso sung tulodo" adalah menjadi seorang pemimpin alias Guru menjadi role model yang dapat menunjukkan perilaku suri tauladan bagi orang-orang di sekitarnya alias murid-muridnya.
Karena di sekolah, guru lah orang yang menjadi sumber pengetahuan. Proses pembentukan karakter itu ditularkan. Guru yang baik akan menghasilkan murid yang baik.
2. Ing Madyo Mangun Karso
Kata "Ing madyo" artinya di tengah-tengah. Sementara "Mangun" berarti membangkitkan, dan kata "Karso" diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat.
Sehingga Ing Madyo Mangun Karso merupakan apa pun kesibukannya, harus mampu membangkitkan dan memberikan semangat bagi orang lain.
Dalam dunia pendidikan berarti guru mestinya berada di tengah murid, hadir selalu dan terus hadir membangun semangat untuk berkarya kepada anak murid. Sehingga anak didik bisa lebih maju dalam belajar.
Semboyan ini dapat diwujudkan dengan cara diskusi dan mayoritas siswa harus paham atau menguasai materi diskusi.
3. Tut Wuri Handayani
Kata "Tut wuri" artinya mengikuti dari belakang. "Handayani" berarti memberikan dorongan moral atau dorongan semangat.
Tut wuri handayani berarti keberadaan seseorang harus menjadi pendorong bagi orang lain untuk bersemangat kerja dan moral yang baik, sehingga menumbuhkan motivasi dan semangat.
Dalam perspektif pendidikan, guru sebagai garda terdepan dalam mendidik harus menuntun, menunjukkan arah yang benar bagi hidup dan karya anak-anak didiknya. (Tka)