Kemenkes: Cuaca Panas dan Terik Berpotensi Tingkatkan Kasus DBD
Kamis, 21 Maret 2024 -
MerahPutih.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan, ada bahaya di balik cuaca panas dan terik beberapa hari terakhir. Hal itu berpotensi menyebabkan jumlah kasus dengue (demam berdarah) meningkat.
“Kalau saya bilang akhir-akhir ini hujan deras, kemudian tiga empat hari ini panas. Ini yang menyebabkan genangan yang ada dari hujan itu berpotensi menimbulkan banyak sarang nyamuk untuk berkembang biak (breeding place),” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi dikutip dari ANTARA, Kamis (21/3).
Baca juga:
Kemenkes tentang Video Ulat 'Pembunuh' Manusia: Beracun, Tapi Tak Bisa Membunuh Manusia
Imran menyebutkan, cuaca panas yang tiba-tiba datang menyebabkan air dalam tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti itu, semakin kotor dan tidak terbilas dengan air yang baru.
“Sebetulnya dari sisi epidemiologi, lebih aman kalau hujan terus ada karena airnya akan terganti. Kalau sekarang hujannya berbahaya untuk terkait dengue,” kata dia.
Imran juga menjelaskan dalam data kumulatif, sebaran kasus dengue di Kemenkes per 18 Maret 2024, secara total sudah mencapai angka 35.556 kasus.
Lalu, ada enam provinsi yang menyumbang kasus terbanyak, yaitu Jawa Barat 10.428 kasus, Jawa Timur 3.638 kasus, Sulawesi Tenggara 2.763 kasus, Kalimantan Tengah 2.309 kasus, Kalimantan Selatan 2.068 kasus, dan Lampung 1.761 kasus.
Pada data yang sama, total kematian yang diakibatkan oleh dengue pun sudah mencapai 290 kasus. Kemenkes pun telah melakukan enam langkah strategis dalam memberantas penyakit dengue makin berkembang dalam masyarakat.
Baca juga:
Sampai Bulan Juni Potensi Peningkatan Kasus DBD Sangat Tinggi
Strategi kedua, menerbitkan berbagai aturan seperti PNPK terkait tata laksana infeksi dengue pada dewasa dan anak-anak serta remaja. Kemudia, mendorong penggunaan RDT dengue sebagai alat bantu penegakan diagnosis dini.
Upaya selanjutnya adalah mewujudkan surveilans dengue secara data seketika (realtime), melalui pengembangan SIARVI (Sistem Informasi Arbosirosis), membentuk Tim Gerak Cepat dalam penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB), dan sistem kewaspadaan dini KLB.
Keempat, jajarannya akan melakukan diseminasi dan sistem kewaspadaan dini KLB. Partisipasi masyarakat selalu didorong untuk gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus dan revitalisasi kelompok kerja operasional (POKJANAL).
Lalu, strategi kelima adalah Kemenkes bakal menjalankan manajemen program, kemitraan dan komitmen pemerintah, Kementerian Kesehatan melakukan penyusunan RPM Penanggulangan dengue, serta mengajak pemerintah daerah untuk membuat peraturan tentang pencegahan dan pengendalian dengue.
Terakhir, terkait pengembangan kajian, penelitian dan inovasi, pemerintah mengembangkan sebuah teknologi Wolbachia yang sudah dikembangkan setidaknya di lima kota seperti Semarang, Bontang, Kupang, Bandung dan Jakarta Barat.
“Memang beberapa kegiatan ini tidak bisa kita lakukan sendiri-sendiri. Kita semua harus bersama-sama mengatasi penyakit dengue,” ujarnya. (*)
Baca juga:
Cegah Diabetes, Ini Batas Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak Versi Kemenkes