Gentle Vs Permissive Parenting, Serupa Tapi Tak Sama

Rabu, 21 Juni 2023 - Ananda Dimas Prasetya

MEMILIKI anak memang bukan sekadar memenuhi kebutuhan finansial, emosional, dan pendidikannya saja. Rumah adalah sekolah pertama bagi anak sehingga sebelum memutuskan memiliki momongan, kamu dan pasangan wajib menentukan jenis parenting seperti apa yang paling cocok untuk keluargamu.

Saat ini gentle parenting memang sedang menjadi buah bibir karena dinilai efektif untuk menggali potensi yang ada di dalam diri anak sekaligus mendisiplinkan anak tanpa kekerasan sehingga anak tumbuh menjadi sosok tanpa trauma masa kecil

Sayangnya masih banyak orangtua yang tidak bisa membedakan antara gentle parenting serta permissive parenting. Kedua jenis parenting ini memang terlihat sama di permukaannya saja. Tetapi jika digali lebih lanjut, sebenarnya keduanya sangat berbeda dilihat dari hasil akhirnya.

Baca juga:

Parents, Begini Cara agar Si Kecil Gemar Baca Buku

Terlalu membebaskan anak berdampak buruk pada perilakunya di masa depan. (Pixabay/Alexas_Fotos)

Gentle parenting

Gentle parenting sangat memprioritaskan perasaan anak serta batasan-batasan privasi antara orangtua dan anak. Tujuannya tentu saja agar anak bisa merasa nyaman di rumah dan tidak ragu untuk bercerita kepada kedua orangtuanya. Anak juga merasa perasaan serta privasinya terutama saat mulai beranjak remaja dihargai oleh orangtua.

Namun, meski orangtua menjaga perasaan dan batasan privasi anak, gentle parenting tetap mengusung kedisiplinan dalam mendidik anak. Orangtua boleh memberikan sanksi tetapi bukan dalam bentuk kekerasan dan lebih mengajarkan anak tentang risiko serta introspeksi diri.

Sehingga anak dengan sendirinya akan menjadi sosok yang tahu betul batasan antara mana yang salah dan mana yang benar tanpa melalui luka trauma akibat perlakuan abusif.

Gentle parenting juga mengajari anak untuk ikut mengerjakan pekerjaan rumah tanpa paksaan agar mereka memiliki survival skill ketika dewasa dan harus tinggal jauh dari orangtua.

Sejak kecil orangtua akan mengajak anak untuk ikut membuat sarapannya sendiri, merapikan kamarnya, dan ikut kerja sama membersihkan rumah sehingga kegiatan tersebut bukan lagi merupakan perintah dari orangtua melainkan kegiatan bersama seluruh anggota keluarga yang menjadi rutinitas harian tanpa paksaan.

Baca juga:

'Pojok Tenang' Bukan Pilihan Mendisiplinkan Anak

Anak perlu dibimbing agar bisa menjadi sosok yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri. (Pixabay/sasint)

Permissive parenting

Gentle parenting dan permissive parenting dijuluki serupa tapi tak sama bukan tanpa sebab. Permissive parenting juga memprioritaskan perasaan dan batasan privasi anak.

Bedanya anak dibiarkan tumbuh dengan mengikuti segala kemauannya tanpa larangan serta didikan mengenai mana yang baik dan benar. Pada akhirnya anak akan tumbuh tanpa mengenal apa itu norma sosial seperti contoh kecilnya adalah sopan santun dan tanggung jawab.

Anak-anak di bawah didikan permissive parenting tentu saja tidak pernah diajak untuk bekerja sama dengan anggota keluarga lain. Tidak ada percakapan hangat antara orangtua dan anak karena anak dianggap sebagai sosok yang setara oleh orangtuanya.

Secara tidak langsung permissive parenting memaksa anak untuk menjadi dewasa setara dengan orangtua tanpa ilmu dan didikan yang seharusnya didapatkan sesuai usianya.

Orangtua yang menerapkan permissive parenting tidak pernah melarang, memberitahu dan menghindari anak berbuat salah sehingga ketika anak berperilaku buruk, mereka merasa hal tersebut sah-sah saja untuk dilakukan.

Kasarnya, anak tumbuh tanpa bimbingan orangtua meski sebenarnya orangtuanya ada secara fisik di dekat sang anak.

Akibatnya anak berisiko tumbuh menjadi pelaku perundungan, terbiasa lari dari masalah, tidak bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri, dan cenderung egosentris ketika berhubungan dengan banyak orang. (Mar)

Baca juga:

Sosok Ayah Melengkapi Pola Asuh Anak

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan