'Pojok Tenang' Bukan Pilihan Mendisiplinkan Anak


Para ahli dan orangtua menyadari bahwa time-out adalah strategi kuno yang salah arah. (Pexels/cottonbro studio)
PADA tahun 1969, dalam tulisan di Journal of Experimental Child Psychology, seorang psikolog Amerika menyarankan alternatif pendisiplinan dari teknik kekerasan seperti memukul anak adalah dengan menghukum perilaku yang "tidak dapat diterima" dengan isolasi sosial, berdiri di pojok atau 'time-out'.
Setengah abad kemudian, para ahli dan orangtua menyadari bahwa ini adalah strategi kuno yang salah arah.
Baca Juga:

Sekarang, seorang ibu di TikTok menjelaskan masalah ini dengan membagikan alternatif time-out untuk putranya dengan bentuk pendisiplinan yang disebut sebagai "pojok tenang".
Mengunggah dengan nama akun Maartemami di aplikasi TikTok, dia baru-baru ini membagikan potongan video yang menjelaskan pilihannya menghapus pendisiplinan dengan berdiri di pojok untuk putranya yang berusia lima tahun.
"Karena, ada emosi besar yang terjadi sebelum time-out, dan rasanya tidak efektif bagi saya untuk meninggalkan putra saya duduk sendirian dengan emosi yang besar dan menakutkan itu," ujarnya.
Sebagai gantinya, dia telah merancang "pojok tenang", tempat putranya dapat beristirahat. Strategi ini mengadopsi Time-In Tool Kit dari Generation Mindful dan "Calming Corner", yang dibuat oleh Suzanne Tucker, ibu empat anak, terapis fisik, dan pendidik pola asuh.
Pojok yang dimaksud adalah area yang ada di sisi sofa, di mana putranya dapat belajar mengelola emosi dan perasaan terlebih dahulu dengan cara yang sehat, dan kemudian menghadapi konsekuensi setelahnya.
"Ini memberinya ruang yang sangat nyaman dan aman sebagai jalan keluar untuk berefleksi, memusatkan pikirannya, memproses pikirannya, dan mengatur emosinya," jelasnya.
"Sudut yang menenangkan memungkinkan dia untuk melakukan ini karena dia dapat bermeditasi, melakukan latihan pernapasan, atau hanya duduk dengan relaks dan menenangkan diri melalui alat yang menarik bagi panca inderanya," dia menambahkan.
Alat-alat tersebut mencakup segala sesuatu mulai dari mainan hingga bohlam plasma hingga minyak esensial, permen karet, dan mesin suara tanpa kabel, yang dicatat Maartemami dalam unggahan terpisah.
Baca Juga:

Ini tidak berarti bahwa putranya tidak memiliki konsekuensi atas perilaku bermasalah. Namun, hal itu lebih terlihat seperti kompromi dalam penggunaan gawai, mendapat tugas ekstra, atau membatasi mainan khusus.
Maartemami menjelaskan dalam postingan TikTok lanjutan bahwa dia tidak benar-benar harus menempatkan putranya ke pojok secara formal, karena mereka sudah mulai berbicara lebih banyak tentang pentingnya mengakui dan memproses emosinya untuk kembali merasa terpusat, atau memiliki pikiran yang kuat, alias demi kesehatan mental.
Pendapat para ahli
Seperti yang ditunjukkan Maartemami dan TikTokers lainnya, mungkin terasa sulit untuk membenarkan time-out ketika mereka tampaknya lebih merugikan anak-anak daripada membantu mereka di saat-saat sulit. Para ahli setuju.
Meskipun tujuan dari time-out adalah untuk mendorong seorang anak untuk merenungkan perilaku buruknya, dokter anak Nadia Sabri menunjukkan dalam artikel Washington Post, "Anak-anak tidak memiliki keterampilan kognitif tingkat lanjut untuk berpikir secara abstrak. Modulasi dan regulasi emosional terjadi dengan perkembangan dari korteks prefrontal, bagian otak yang belum sepenuhnya berkembang hingga masa remaja."
Bonnie Compton, seorang terapis anak dan remaja, pelatih pengasuhan anak dan penulis Mothering With Courage, menjelaskan kepada Parents.com bahwa anak-anak yang berada dalam time-out lebih cenderung menahan amarah mereka dibandingkan terlibat dalam refleksi diri yang produktif.
Anak-anak yang disiplin dengan time-out tidak berisiko lebih tinggi untuk kecemasan, depresi, agresi, perilaku melanggar aturan, atau masalah pengendalian diri dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga yang menghindari time-out. Skor kreativitas juga sama.
Namun, menilai dari pengalaman Maartemami, serta kekhawatiran psikolog anak dan dokter anak tentang betapa kecilnya manfaat isolasi diri bagi anak-anak, pojok tenang dan ruang istirahat mungkin merupakan cara yang lebih sehat untuk dilakukan. (aru)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat

Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak

Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
